Mohon tunggu...
Hartika Bahasa Jawa
Hartika Bahasa Jawa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jawa di SMAN 1 Karanganom

Hallo! Perkenalkan nama saya Hartikaningsih, S.S., M.Pd. Saya mengajar Bahasa Jawa di SMAN 1 Karanganom. Hobi saya menyanyi dan mengamati segala sesuatu hal yang menarik bagi saya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif di Sekolah, Keterkaitan Materi Modul 1 dan Refleksi

23 Desember 2022   11:40 Diperbarui: 23 Desember 2022   11:51 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah sebagai berikut: saya sebagai seorang guru dari siswa, kawan dari guru pun karyawan, bawahan dari kepala sekolah bisa menempatkan diri sesuai dengan posisi saya. Ternyata kesadaran adalah kunci dari adanya keberhasilan. Saya dalam menghadapi dan menangani pelanggaran-pelanggaran terasa lebih enak, jauh dari kata mengintimidasi.

  • Perasaan saya ketika mengalami hal-hal tersebut, saaangaaaat menyenangkan. Saya merasa lebih bisa menerima keberagaman individu dengan berbagai kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Saya lebih tegas dalam membuat sebuah keputusan untuk kepentingan bersama.

  • Menurut saya, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal yang sudah baik adalah lingkungan sekolah yang hangat, menerapkan sistem kekeluargaan, memberikan saran dan kritikan demi majunya sekolahan. Sekolah hanya perlu menggeser kata aturan dengan membertuk kesepakatan dengan warga sekolah yang lain, sehingga ketika ada yang berbuat di luar kesepakatan sekolah ditangani dengan segitiga restitusi, bukan dengan hukuman.

  • Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering saya pakai adalah sebagai teman. Perasaan saya saat itu menyenangkan jika para siswa bisa patuh terhadap saya sabagai gurunya dengan tidak membentak maupun menghukum jika ada yang melakukan kesalahan. Setelah mempelajari modul ini, posisi yang saya pakai adalah manajer. Perasaan saya sekarang lebih bisa menjalin berkomunikasi lebih baik dengan siswa. Perbedaannya terletak pada peran yang tadinya siswa cenderung menyepelekan saya karena saya hanya dianggap seorang teman, pada posisi manajer saya bisa mebih menyadarkan siswa dengan rasa tidak takut untuk menjadi tidak menuruti semua keinginannya.

  • Sebelum mempelajari budaya positif, saya pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid saya, yaitu dengan melakukan validasi tindakan. Saya bertanya tentang pelanggaran kesepakatan/yang dulunya adalah peraturan, lalu saya korek informasi kenapa anak tersebut melakukan pelanggaran tersebut.

  • Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam budaya positif, hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah dalah dengan rasa penerimaan berbagai pihak atas kodrat alam yang dimiliki oleh masing masing individu. Dari, penerimaan tersebut, akan ada proses saling mempengaruhi dilanjutkan dengan saling melengkapi.
  • Demikian artikel saya buat, semoga dapat memberikan manfaat. Terima kasih, sampai jumpa.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun