Tension Neck Syndrome  / Cervical Syndrome
Permasalahan kesehatan yang sering terjadi siapa saja, umumnya pekerja adalah Muskuloskeletal Disorder (MSDs) atau gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem syaraf, struktur tulang, dan pembuluh darah.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan bahwa sekitar 2 juta perempuan dan laki-laki di seluruh dunia menjadi korban penyakit terkait pekerjaan setiap tahun; ini sama dengan lebih dari 5.480 kematian setiap hari. Secara global, dan MSDs ini sering dianggap sebagai salah satu penyebab utama keluhan pekerja.
Salah satu keluhan MSDs yang sering terjadi adalah gangguan pada otot leher, bahu, lengan higga jari. Gejala yang sering terjadi berupa nyari, kekakuan, kelemahan, kesemutan dan kebas. Sekumpulan gejala tersebut dalam dunia kesehatan disebut dengan Tension Neck Syndrome atau sering disebut Cervical Syndrome.Â
Gangguan nyeri leher di Indonesia setiap tahun terus bertambah mencapai 16,6% pada populasi orang dewasa yang mengeluhkan rasa tidak nyaman dibagian leher, bahkan sekitar 0,6% nyeri leher berawal dari rasa tidak nyaman di sekitar leher menjadi nyeri berat. Salah satu penelitian yang dilakukan pada Tahun 2019 menyatakan bahwa pada pekerja kantor yang duduk di depan komputer dengan durasi yang lama memiliki resiko tinggi terjadinya nyeri leher sebesar 95%.Â
Hal ini menunjukan bahwa orang yang menggunakan komputer lebih dari 5 jam perhari secara terus menerus dapat memicu terjadinya gangguan nyeri pada leher. Kondisi ini pun makin meningkat sejak wabah Pandemic COVID-19 menyerang dunia. Pekerjaan yang mengharuskan WFH (work from home) intensitas berhadapan dengan computer, laptop atau layar desktop yang berjam-jam untuk virtual meeting dsb. Meningkatkan resiko terjadi hal tersebut.
Secara umum nyeri leher sering dianggap masalah kesehatan yang sederhana, namun ternyata jika dibiarkan dapat menjadi gangguan yang kompleks yang mempengaruhi faktor fisik, psikologis, sosial, dan faktor lainnya yang saling berkaitan. Bahkan pada beberapa kasus tertentu gangguan nyeri leher dapat menyebabkan disabilitas.
Posisi tubuh yang tidak ergonomis saat bekerja  menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan nyeri pada leher. Selain itu ada beberapa penyebab lain yang memicu terjadinya gangguan nyeri pada leher, yaitu osteoartritis, faktor usia, pekerjaan berat, cedera  pada bagian tulang belakang, dan yang lainnya.
Gejala umum yang terjadi pada nyeri leher adalah adanya ketegangan pada otot leher yang mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak pada leher sehingga terhambatnya fungsional pada leher.Â
Selain itu, nyeri leher juga dapat memicu terjadinya sakit pada daerah kepala. Pada saat tubuh dalam statis atau diam maka otot akan melakukan kontraksi secara terus menerus, apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan adalanya kelengketan pada jaringan sehingga asupan nutrisi dan oksigen menjadi terhambat, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya gangguan nyeri pada leher.
Pada kasus ini sebenarnya, bila penerapan gaya bekerja yang tepat sesuai dengan ergonomic position maka 50% Tension Neck syndrome ini dapat dicegah. Dinext artikel kita akan coba membahas posisi bekerja yang ergonomis agar dapat terhindar dari penyakit – penyakit musculoskeletal.