Mohon tunggu...
Invest Papua
Invest Papua Mohon Tunggu... -

Tranformasi Indonesia dengan Integitas

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Emsyk Uni Papua : Sudah ada BUKTI, sudah ada SEJARAH baru.

15 Oktober 2012   07:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:50 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Sejarah Persepakbolaan Indonesia harus mencatat kejadian ini, dan akan terus diingat sepanjang masa. Dunia sudah melihat bahwa Pembuktian

Kisah sebuah Perjuangan yang telah dimulai oleh sekelompok anak-anak muda di Obhokouw, Yabansai, Distrik Heram Kota Jayapura, Papua. Sekolah Sepak Bola Emsyk yang bertransformasi setelah sekolah sepak bola kampung ini dirintis sejak 8 tahun lalu menjadi Akademi Emsyk Uni Papua dibawah Yayasan Emsyk Uni Papua, Sejak 12 Desember 2012  yang memiliki 1 lapangan sepak bola rumput yang tidak rata sama sekali, harus ditambal sulam dengan tanah dan dikeraskan apabila sudah terkikis setelah dipakai dan becek pada waktu hujan, genangan air menandakan lapangan tidak rata. Kubangan itu harus ditimbun tanah setiap kali karena ada 219 anak Papua (per Agustus 2012) dari usia 6 tahun sampai 23 tahun, laki-laki dan perempuan, berlari mengelola jiwa raga bersama kulit bundar. Setiap turun hujan, anak-anak harus berlarian mencari pohon-pohon ditepi lapangan untuk berteduh, dan latihan harus dihentikan, lalu dibubarkan. Paling tidak kegiatan latihan bola inin bisa menjadi melawan arus dan pengaruh buruk dari pergaulan bebas, mabuk-mabukan dan penyakit sosial lainnya yang dominan di Jayapura dan Papua.

Masih diingat di awal tahun ini ketika Perhatian Pecinta Bola EE. Mangindaan yang menjabat sebagai Menteri Perhubungan datang secara pribadi menyerahkan sejumlah bola bagi murid-murid Emsyk Uni Papua / EUP. Pada saat itu masih tercatat 300-an anak yang berlatih, namun Benny Pepuho hanya sanggup menyediakan 20 buah bola saja. Maklumlah, karena Benny sendiri, seorang PNS, latar belakangnya sebagai Perawat dan sampai saat ini bekerja di RSUD Abepura, Jayapura. Ternyata Mata Tuhan melihat anak-anak butuh bola. Sejak saat itu, Bola sangat banyak. (http://tabloidjubi.com/index.php/lego/16863-mangindaan-serahkan-300-bola-kaki-ke-emsyk-uni-papua) sejumlah bola dibagikan kepada rekan-rekan jurnalis yang hobby main bola (http://tabloidjubi.com/index.php/lego/17128-emsyk-uni-papua-sumbang-10-bolakaki-ke-pwi-siwo-papua), sejumlah bola juga dibagikan kepada rekan-rekan di Biak dan akhir tahun ini, semua murid Emsyk akan memiliki 1 bola untuk bermain di rumah masing-masing.

Pertama kali pembenahan dilakukan adalah Manajemen. Kunci dari sebuah Sepak Bola yang Maju adalah Manajemen yang profesional, melepaskan semua urusan politik dan kepentingan diluar sepak bola. Penataan Administrasi dan pengelolaan keuangan adalah mutlak. System pembinaan diterapkan secara baik, tidak perlu canggih dan hebat, sederhana namun menjawab kebutuhan. Orang tua anak dilibatkan sebagai pengawas dan supporter. Sepak Bola memang harus hidup dari Supporter dan pemasukan penjualan merchandise, karena itu sedikit demi sedikit Emsyk mulai menjual Jersey, Kaos Casual dan pernak pernik lain, sekalian mengembangkan jiwa wirausaha yang disebut Papuapreneur.

Meraih Mimpi.

Tentunya sudah diketahui, Perhatian dan dukungan kongrit adalah sebuah barang langka di negeri ini. Tidak jauh dari Lapangan Bola Emsyk di Waena, Jayapura. Hanya sejauh sepelemparan bola saja, tempat penyelenggaraan Raimuna (pertemuan Pramuka) dibuka oleh Wapres dan konon media melaporkan Pemprov Papua menggelontorkan Rp. 350 M untuk hajatan seminggu lebih ini. Pilihan hanya 2, menuntut perhatian atau mencetak prestasi untuk diperhatikan. Pada dasarnya anak-anak Papua yang bersepak bola juga memiliki hak yang sama dengan saudara-saudaranya yang mendapatkan beasiswa sekolah ke luar Papua dan luar negeri. Anak-anak bola ini hanya perlu fasilitas latihan dan kelengkapan peralatan, serta lapangan yang memadai. Bukankah sepak bola merupakan akar rumput Papua ? memang terlalu berlebihan jiwa Sepak Bola hampir seperti ‘agama’, ini menggambarkan bahwa sepak bola adalah Papua dan Papua adalah sepak bola. Bandingkan dengan anak-anak kota lainnya, yang tangannya membawa gadget bahkwan bisa 2 buah, antara Blackberry atau Iphone, Ipad atau Play Station. Lihat ditangan anak Papua, setiap sore, mereka menjinjing sepatu bola, usang, sobek namun dibanggakan, tujuannya adalah ke lapangan bola. Kemana anak-anak kota, pergi ke Mall dan ke Mall, besok nya akan ke Mall lagi.

13502856461975789831
13502856461975789831

Secara mengejutkan, Bang Andy Noya ( yang juga Papua ) mengupas Sekolah Bola Emsyk Uni Papua. (http://bintangpapua.com/soccer/21906-pepuho-hari-ini-kami-juga-didatangi-tim-kick-andy) Program Nasional ‘Kick Andy Hope’ merupakan Hope bagi Emsyk. Akhirnya tayangan perdana liputan Emsyk secara Nasional memecahkan halangan untuk anak-anak Papua untuk bermimpi. (http://www.metrotvnews.com/read/newsprograms/2012/05/19/12611/190/Mengejar-Mimpi) bahkan Andy Noya membawa Direktur Pertamina datang dan memberikan bantuan Peralatan Olahraga senilai Rp. 100.000.000 (Seratus Juta). (http://www.pertamina.com/download/mediapertamina/2012/sisipan_mpno17230412.pdf) tindak lanjut dari janji Ibu Karen Dirut Pertamina adalah di bulan September lalu, 3 anak Emsyk Uni Papua / EUP terpilih sebagai penerima beasiswa sekolah sepak bola dari Pertamina Foundation yang sedang bekerjasama dengan AC Milan Junior. (www.emsykunipapua.blogspot.com) 3 Anak U15 ini akan bergabung selama 3 tahun diasah kemampuan sepak bola dan bersekolah. Jika di Papua ada program 1000 Doktor  dari dana Otsus, kenapa tidak jika diadakan juga program 1000 Pemain Sepak Bola Profresional bagi anak-anak Papua ? (ketuk layar monitor anda jikwa setuju). Rekan-rekan media sangat sering menyambangi lapangan Emsyk, hanya sekedar berbagi dan saling curhat-curhatan, dan memang Sepak Bola telah mengikat tali persaudaraan dan kepedulian, sehingga kegiatan dan kehidupan Emsyk mendapatkan perhatian media lokal. Terima kasih !

Ketika seorang kolega Emsyk di Singapura memberitahukan ihwal tentang betapa hebatnya Pemerintah setempat memperhatikan Masa Depan Sepak Bola Negara Singapura, mulai pembinaan sejak dini, tengoklah lapangan-lapangan sepak bola di sekolah-sekolah SMP/SMA Singapura, membuat kita geleng kepala, rata-rata lapangan syntethic. Carilah info tentang liga dan turnament antara klub dan sekolah, sangat banyak, aktif dan membuat decak kagum, bagaimana negara Merlion yang tidak lebih besar dari Jakarta ini mengelola Sepak Bola. Benny Pepuho dan Songgonao harus membuat Pasport pertama kali untuk bisa terbang, tengok negara tetangga punya sepak bola. Dua pengurus Emsyk Uni Papua ini tibalah menginjakan kaki di Negara terbaik untuk peringkat kebersihan Korupsinya. Air mata berderai melihat Lapangan SAFRA TAMPINES. Dibangun 10 tahun lalu, menjadi tempat bagi Fandi Ahmad Academy membina pemain usia muda Singapura. Kebetulan, legenda Singapura ini pernah juga bertandang ke Lapangan Emsyk, Waena, Jayapura, beberapa tahun yang lalu ketika beliau masih aktif di Sepak Bola Indonesia. Saat itu Fandi menawarkan Program pembinaan usia muda untuk anak-anak Papua di Emsyk dalam rangka kerjasama dengan Italia, namun Proposal Benny kepada Gubernur Papua tidak ditanggapi.

13502857481562484645
13502857481562484645

Perjalanan dengan tantangan

Pertemuan dengan Fandi Ahmad Academy dan Manajemen D2D berbuahkan surat undangan untuk Pertandingan Persahabatan, Pembuktian kualitas pembinaan usia muda antar Indonesia dan Singapura dipertaruhkan. Emsyk menjawab : Ya, Kami akan datang ke Singapura. Kesempatan emas ini tidak akan disia-siakan, ditetapkan waktu, tanggal dan tempat di awal Minggu pertama bulan Agustus 2012. Ketika masa-masa persiapan dilakukan, Jayapura mengalami gejolak, terjadi penembakan dan pembunuhan, situasi politik memanas, sampai dengan pembakaran dan keributan dimana pusat peristiwa terjadi tidak jauh dari lapangan Emsyk, Waena, Jayapura. Latihanpun diliburkan hampir 2 Minggu lamanya, dan manajemen memutuskan untuk meminta penundaan waktu Pertandingan Persahabatan di bulan Oktober. Bagaimana mungkin bermain baik bila diliputi rasa was-was, kuatir dan takut ? mulailah cemoohan dan keraguan menyerbu. Serbuan pasukan negatif ini dalam sebuah pertanyaan, mampukah Emsyk ke Singapura. Namun, Emsyk Uni Papua sudah terlanjur mempunyai Mimpi Besar, Manajemen memberikan Visi bahwa suatu hari nanti akan terjadi, anak-anak Papua dari Emsyk Uni Papua akan bermain di laga-lagi dunia. Emsyk Uni Papua / EUP bukanlah club sepak bola, namun sebuah wadah pendidikan, akademi, fokusnya kepada Pembinaan Usia Muda, mencetak pemain-pemain profesional, berkarakter, dan bisa berbahasa Inggris. Menjawab Tantangan dan ketidapercayaan dilingkungan sekitar tidaklah mudah. Manajemen EUP bekerja keras, ribuan lembar proposal dikirimkan ke berbagai Pihak, Perusahaan raksasa tambang Emas di Papua menjawab bahwa mereka tidak kerjasama dengan EUP, jadi tidak bisa mendukung. Ca pe de. Setiap hari selama berbulan-bulan, proposal sponsorship hanya sekedar harapan, rasa putus asa pun menggoda, inilah kenyataan pahit. Emsyk tidak dikenal, Emsyk hanyalah sekolah bola kampung. Permintaan Maaf dan basa-basi intelektual menjawab permintaan dukungan untuk menghantar anak-anak Papua ini meraih mimpi-mimpinya. Terbang dari Jayapura ke Singapura PP tidaklah murah, belum lagi akomodasi dan semua hal yang berhubungan dalam persiapan. Namun tekad sudah bulat, Manajemen EUP bekerja keras, sama kerasnya dengan pelatih dan pemain yang akan menjajal Singapura. (http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/09/20/pembuktian-pembinaan-usia-muda-sepak-bola-papua-vs-singapura/) ke 18 pemain 2 official, pelatih dan tim EUP tinggal di losmen di bilangan little India, bersyukur dan tidak ada satupun anak-anak Papua bersungut-sungut dengan semua keterbatasan. (sudah biasa hidup sederhana dan kekurangan jadi tidak masalah)

1350285930774731321
1350285930774731321

Papua Pasti Bisa.

Bukit Timah Stadium di komplek Cage Sport adalah laga pertama anak-anak Emsyk Uni Papua. Konon pemerintah Singapura baru menggelar rumput Syntethic seharga Sin$ 4.juta. Tanggal 12 Oktober hari Jumat, EUP yang diperkuat oleh 18 pemain dari usia 16-23 tahun, berhadapan dengan NFL D2D yang diperkuat 2 pemain Timnas Singapura, 2 pemain naturalisasi dari Jepang dan Brazil. Peluit Panjang dibuka dan laga dimulai. 10 menit pertama terlihat 'nervous' namun menit kemudian EUP menguasai lapangan. Tim lawan yang sangat baik, berpostur jangkung dan gaya bermain 'inggris' dengan bola panjang dan melambung ke atas, melawan gaya Papua dengan skil individu dan bola pendek, dan stamina yang prima. Anak-anak EUP dapat menggetarkan gawang tim Singapura dengan 2 Goal tanpa balas, dan kedua Gol dicetak oleh kaki Nethanael Kepno. Pertandingan yang sangat keras, dimana 2 pemain EUP menjadi korban cidera , 3 pemain D2D tergeletak di lapangan dan 3 kartu kuning dilepaskan wasit.

Belum cukup istirahat, pukul 6.30 pagi anak-anak EUP sudah merumput kembali untuk latihan dimana malam harinya akan menyelesaikan laga ke-2 melawan the DREAM team H2O Fandi Ahmad Akademi All Stars, di Stadion Safra Tampines. Para pecinta sepak bola tentu tahu sang legenda Fandi Ahmad, disegani dan anak-anak asuhannya berseragam merah hitam sudah siap di lapangan hijau. Sekelompok Supporter dari masyarakat Indonesia berdatangan, Bobotoh, PPIS, dan elemen lainnya merapat di tribun yang juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Menteri Perhubungan EE. Mangindaan sebagai Pelindung EUP, tokoh Papua Freddy Numberi dan undangan lainnya.

Pertandingan Persahabatan Internasional dimulai, dan berjalan sangat ketat. Permainan hati-hati diperlihatkan oleh kedua tim. Anak-anak Papua mencoba menyerang dari berbagai sudut, namun belum berhasil. Sebaliknya Dream Team asuhan Fandi Ahmad pun belum dapat membobol gawang yang dijaga oleh kapten EUP, Eneko Pahabol. Eneko berjalan pincang sejak peluit pertama, dan tidak sanggup menendang bola. Para penonton yang menyaksikan juga merasa tersiksa, bahkan sang MC pun mempertanyakan kenapa Kiper tidak diganti oleh Pelatih EUP Yance Rumbino. Hak Pelatih dan Kegigihan sang pemain yang membuatnya tetap bermain. kedudukan 0-0 sampai dengan turun minum.

Memasuki Babak ke-2, sama-sama keletihan tersirat namun 'harga diri' sudah diperhadapkan untuk merebut kebanggaan dan pembuktian pembinaan usia muda. Menit demi menit berjalan, hingga menit ke 80, The Dream Team menggetarkan gawang Eneko Pahabol, dan EUP tertinggal 0 - 1. MC menyebutkan bahwa dalam 10 menit laga akan selesai dan Singapura akan menjadi Pemenang. Pelatih Yance Rumbino mengganti beberapa pemain, dan mulailah bola bergulir. Di sisi Sayap kiri Emsyk, terpasang Elly Siep dan Arnold Patiran, bekerja sama dengan Gelandang Marcel Kambu dan Rafael Ohee, tidak henti-hentinya melesatkan bola menuju gawang H2O. Arnold Patiran membawa bola dari sisi kiri dan mengumpan ke Rafael, namun dikembalikan lagi ke Patiran yang sudah memasuki kotak Pinalty, dengan secepat kilat Patiran menyambut bola dan shooting keras menggetarkan gawang the Dream team Singapura. Score 1-1. Patiran langsung berlari menuju tribun penonton Indonesia dan memeluk Bapak Pelindung EUP. Anak dan Ayah.

1350286001153674027
1350286001153674027

Peluit panjang berbunyi menutup babak ke-2 dan tanpa kesepakatan dari awal, Wasit langsung meminta kedua tim mempersiapkan Adu Pinalty. Eneko Pahabol Penjaga Gawang diberikan kesempatan pertama, dan tendangan Pemain pertama dari Singapura melambung keatas mistar gawang. Mungkin ia ingin memanfaatkan kaki pincang Eneko hingga menempatkan bola ke atas. Pemain EUP pertama melesakan bola dan mengubah kedudukan 0-1 untuk EUP. 3 Algojo EUP berhasil menggetarkan gawang, dan lagi-lagi Eneko sanggup menahan 2 bola tendangan para pemain H2O. pemain ke 4 H2O menendang bola dan berhasil ditahan oleh Eneko, sehingga score Pinalty berubah menjadi 3-1 pada pemain ke 4 dan otomatis EUP menang karena selisih gol, total Score Indonesia / EUP 4 - 2 The Dream team H20/Singapura. Luapan emosi tumpah dari tribun penonton hingga lapangan, air mata mengalir deras dari para pemain, pelatih dan official. Pembuktian sudah selesai malam itu. Masa Sepak Bola Indonesia masih ada !

1350285970149752063
1350285970149752063

Pertama untuk Emsyk Uni Papua :

Pertama kali sebuah Sekolah Sepak Bola dari Indonesia dan Papua bermain di luar negeri menjajal kemampuan.

Pertama untuk pemain EUP bermain di malam hari dengan rumput synthetic.

Pertama kali sebuah tim sepak bola yang mengharumkan nama bangsa tanpa dukungan APBD.

Pertama mengukir SEJARAH tidak merebutkan hadiah dan piala turnamen, namun merebut KEBANGGAAN dan KEPERCAYAAN.

135028607570627986
135028607570627986

Ayo kita Bangkit lagi bersama EUP ! jadilah bagian keluarga besar EUP dengan menjadi Supporter Emseekers.

kunjungi Facebook Emsyk Uni Papua, Twitter : Official EUP dan Emsykunipapua.blogspot.com untuk mendapatkan update.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun