Akses pendidikan dan kesempatan kerja yang lebih baik menjadi pertimbangan utama seseorang berpindah dan menetap di domisili yang baru. Sebagian berpindah di lingkup kabupaten /kota, lainnya nekat melintasi batas-batas provinsi. Hal ini sering disebut dengan fenomena anak rantau.
Lama seorang merantau dapat beragam. Ada yang memilih kembali ke kota asal saat masa studi atau kontrak kerja selesai. Namun tak sedikit yang menetap, menyatu dengan masyarakat sekitar dan menjadi penduduk di kota tersebut.
Kehidupan di tanah rantau dapat menjadi tantangan yang sangat besar terutama di masa-masa awal, dan mengetahui bahwa kita hanya sendiri. Tidak hanya itu, perbedaan iklim, makanan, bahkan adat istiadat dan kebiasaan juga menjadi perhatian tersendiri.Â
Namun kita dituntut untuk bertahan di lingkungan yang baru agar segala tugas dapat berjalan dengan baik. Bayangkan kita hidup dihantui dengan kepanikan, kecemasan, dan paranoid. Tentu aktivitas kita akan terganggu.Â
Anak rantau harus mengenal karakteristik lingkungannya. Bagaimana kondisi geografis dan tempat-tempat strategis seperti bank, pusat kesehatan, tempat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Bahkan adat dan budaya masyarakatnya. Upaya untuk mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan ini dinamakan  adaptasi.
Menurut KBBI, adaptasi adalah perubahan diri agar sesuai atau dapat bertahan dalam kondisi lingkungannya. Dengan beradaptasi seseorang dapat mengenal dengan baik karakteristik lingkungan serta sosial budaya di suatu daerah. Hal ini bermuara pada meningkatkan kualitas interaksi sosial dan produktivitas seseorang.
Artikel ini akan mengulas beberapa tips atau pendekatan anak rantau dalam beradaptasi di lingkungan yang baru ia datangi.Â
1. Kunjungi tempat wisata
Bingung saat tiba di sebuah lingkungan yang baru? Jangan berbaring saja di rumah atau indekos. Â Cara terbaik seseorang mengenal kota ialah dengan menjalaninya. Menjalani secara harafiah berarti keluar dan berjalan. Jelajahi dan nikmati setiap sudut kota. Apalagi di era digital banyak jasa transportasi daring yang memudahkan kita dan tersedia hanya di ujung jari.
Setiap tempat menyimpan ceritanya tersendiri. Mulailah dengan mengunjungi lokasi wisata yang menjadi ikon kota tersebut. Tidak hanya indah secara estetika, melainkan menyimpan riwayat dan sejarah rakyatnya.Â
Internet sudah lebih dari cukup dalam memberi informasi tempat dan lokasi terbaik. Namun jangan sungkan memberanikan diri dan bertanya kepada penduduk lokal. Siapa saja yang kamu temui, pengemudi transportasi umum bahkan penjaja makanan di pinggir jalan. Jangan terkejut ya saat mendengar cerita yang  seru dan menarik.
2. Datangi Pasar tradisional
Pasar menjadi penyedia komoditas pangan dan penggerak ekonomi di sebuah daerah. Namun jangan lihat pasar sekedar itu. Riuh pasar mengindikasikan sosial budaya serta kebiasaan yang ada di tempat tersebut.Â
Sandang dan pangan yang dijual, proses tawar-menawar, bahkan moda transportasi yang acap kali paralel dengan sistem pasar. Bukan tak mungkin seseorang dapat mengenal seluruh kota hanya dengan mengunjungi satu tempat.
Saat datang ke pasar, perhatikan sumber protein utama yang dijual. Hal ini memperlihatkan sedikit cerita karakteristik dan budaya dari daerah tersebut. Bagaimana proses bongkar muat, mayoritas pangan apa yang dijual, dimanakan tempat budidayanya? Indonesia timur yang berbasis maritim tentu dinominasi oleh ikan sebagai sumber protein utama dibandingkan pulau lainnya di bagian barat.
3. Gabung dalam komunitas berbasis hobi atau agama
Cara efektif lain untuk beradaptasi di tempat yang baru ialah bergabung dengan komunitas. Ya, dekatkanlah dirimu dengan  orang-orang yang memiliki kesamaan tertentu. Hal ini memberi rasa keberterimaan sekaligus pengembangan diri.
Anak rantau dapat mencari komunitas yang memiliki hobi atau ketertarikan yang sama. Misalnya komunitas olahraga atau gym, lari, sepeda, musik, gaming, otomotif, atau lain sebagainya. Â Tidak hanya hobi, seseorang dapat bersekutu dengan komunitas agama seperti remaja masjid, paduan suara gereja, pemuda hindu dan lainnya. Tentu ada konsekuensi dari keterlibatan ini, siap-siap ya daftar grup Whatsapp anak rantau akan semakin bertambah.
4. Temui saudara, kerabat, atau perkumpulan kampung
"Nothing is better than home," kutipan ini benar adanya. Meskipun berada di tanah rantau, jangan pernah melupakan kehidupan yang lama di tanah asal. Cari tahu sanak saudara atau kerabat yang kini menetap di lingkungan tersebut. Mungkinkah ada asosiasi atau perkumpulan kota atau kampung? Atur waktu yang tepat dan beri mereka kunjungan.Â
Kesamaan latar belakang yang dimiliki akan sangat menguntungkan karena kedua pihak dapat saling menguatkan. Hal ini membuat proses adaptasi menjadi lebih mudah. Ceritakanlah kondisi terbaru dari kampung atau tempat asal dan rencana di lingkungan yang baru. Siapa tahu, ada hal yang tak disangka-sangka akan terjadi.Â
Demikian empat tips yang dapat dipraktikkan anak rantau. Semoga dengan informasi ini dapat meningkatkan sedikit pemahaman akan pentingnya kemampuan adaptasi di lingkungan yang baru dan diberikan kemudahan dalam setiap usaha dan kerja. Ketahuilah bahwa kita tidak sendiri dalam perjalanan ini. (WB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H