Ambon- Daya juang sangat penting untuk dimiliki remaja dan anak muda. Hal ini disampaikan oleh sosok inspiratif, Denise Sahulata dalam kegiatan Sharing Session bertema "Studi ke Negeri Matahari Terbit, Tumbuhkan Semangat Daya Juang," yang diadakan oleh Remaja Sektor Zaitun, Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Soya (24/09).
Sahulata merupakan penerima beasiswa studi ke Jepang dari Pemkot Ambon. Kini mengabdi di Badan Bencana Kota Ambon sesuai dengan ilmu yang ia pelajari di Hiroshima University.Â
Dalam penyelesaian studinya, ia memperoleh penghargaan Lulusan IPK terbaik (cum laude) dan Pemenang Okomoto Award yaitu penulisan skripsi terbaik tahun 2022.
Wanita yang bernama lengkap Denise Weldy Hellen Sahulata ini, menjelaskan tantangan yang dialaminya. Di Jepang, ia harus belajar bahasa mulai dari nol.Â
Arubaito (pekerjaan sampingan) yang ia lakukan yaitu mengupas wortel, lalu bekerja di mini market, dan pada akhirnya mengajarkan anak-anak Jepang untuk berbahasa inggris seiring dengan meningkatnya kefasihannya dalam berbahasa. Semua ini ia lakukan sambil menyelesaikan studinya.
"Mungkin adik-adik lihat wah kakak denise luarbiasa, bisa kuliah di Jepang dan akhirnya lulus dengan nilai yang baik. Tapi tidak semudah itu. Awalnya kakak tidak bisa berbahasa jepang. Untuk itu kakak berdoa dan terus belajar," tegasnya.
Di masa akhir studinya, wanita kelahiran 1997 ini mengalami kedukaan yaitu meninggalnya sang ayah. Saat karantina Covid-19, ia tidak dapat kembali ke Indonesia karena lockdown.Â
Tidak hanya itu, dosen pembimbingnya juga meninggal dunia dua bulan kemudian. Situasi ini ia gambarkan seperti jatuh dan terpeleset.
"Itu merupakan titik dimana kakak denise bingung dan tidak tahu untuk berbuat apa di negeri orang. Tapi kakak sangat bersyukur bahwa ada gereja disana. Dalam Bible English Study, kakak selalu melakukan studi alkitab bersama. Hal tersebut membuat kakak lebih sabar dan tidak hilang arah," jelasnya.
Dalam sesi bincang-bincang intim tersebut, Sahulata menyampaikan perjuangannya selama di Jepang yang ia gambarkan seperti chigiri'e - seni jepang yang menggunakan robekan kertas berwarna-warni dan disusun menjadi sebuah lukisan yang indah.
"Kita mungkin mengalami kegagalan, kesedihan, kegalauan karena ditinggal orang yang kita sayang, dan hal-hal buruk lain. Tuhan itu merobek-robek kita. Tapi percayalah dibalik semua itu sebenarnya ia membentuk sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Semoga anak-anak remaja terus semangat untuk berkarya dan nama Tuhan dipermuliakan," ujarnya.
Kegiatan ini merupakan koinonia (persekutuan) antara Remaja Sektor Zaitun dan Sektor Siloam Jemaat GPM Soya.Â
Barends Unwakoly (25) sebagai Ketua Pengasuh Sektor Zaitun menegaskan pentingnya kegiatan seperti ini agar potensi remaja dapat terus dikembangkan secara maksimal.
"Kegiatan yang kami lakukan ini bertujuan agar remaja Soya dapat belajar tentang dunia luar. Setiap anak memiliki kesempatan yang sama dan harus dikelola dengan baik. Semoga mereka dapat memahami perannya sebagai remaja, meningkatkan kapasitas, dan mengandalkan Tuhan seperti kakak Denise Sahulata," harapnya.
Dalam kesempatan yang sama Aldo Maitimu (14), Ketua Remaja menyampaikan harapannya tentang kegiatan ini dan motivasinya untuk terus maju kedepan.
"Saya merasa sangat bangga. Kegiatan ini adalah hal yang baru dan pelajaran yang diberikan sangatlah penting. Semoga kita bisa seperti kakak Denise yang pergi ke luar negeri," tegasnya.
Kegiatan Sharing Session diawali dengan ibadah singkat diikuti sesi bincang-bincang dan tanya jawab. Dihadiri oleh 35 remaja dan pengasuh yang berasal dari Sektor Zaitun dan Sektor Siloam, kegiatan berlangsung selama dua jam. (WB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H