Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengintip Elemen Kepemimpinan

19 Oktober 2023   08:57 Diperbarui: 19 Oktober 2023   09:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari https://www.talk-business.co.uk

Tahun politik sudah dimulai dan para calon pemimpin sudah pula meluncurkan gagasannya. Tapi yang patut dipahami bersama adalah, apa sebenarnya tugas pemimpin dan bagaimana dia bisa layak memimpin? Melalui artikel ini, penulis ingin berbagi sekelumit dari pengalaman yang dimiliki

Ketika seseorang telah menaruh rasa percaya pada kita: bahwa kita dinilai sebagai orang yang sudah bisa diandalkan untuk memimpin sebuah misi, maka sebaiknya jangan kita merasa ragu untuk memercayai hal tersebut. Lantas apa yang harus dilakukan, untuk menghormati adanya rasa kepercayaan tersebut?

Adab utamanya adalah kita juga harus bercermin diri. Sehingga hal pertama yang harus dilakukan adalah tanyakan kepada orang yang menaruh rasa percaya atas diri kita itu, "Kenapa Anda percaya bahwa saya bisa memimpin rencana atau misi tersebut? Atau apa potensi yang Anda lihat dari diri saya?"

Kemudian dengarkan baik-baik, apa yang dia jawab tentang penilaiannya atas diri kita, bila menurutnya kita dianggap sudah pantas jadi pemimpin. Inilah yang disebut mencari visi. Langkah selanjutnya, jika kita sudah bisa melihat visi dan memutuskan untuk menerima kepercayaan tersebut, dan kita siap memulai untuk mengeksekusi sebuah misi, maka persiapkan unsur-unsur kepemimpinan yang diperlukan.

Mengenai unsur-unsur atau elemen kepemimpinan, akan dibahas setelah kita bicara tentang langkah ketiga. Setelah mempersiapkan dua Langkah yang diperlukan untuk memimpin sebuah misi, maka langkah ketiga atau yang terakhir adalah menyiapkan mental evaluasi. Karena kita akan menghasilkan karya nyata, atas apa yang telah kita targetkan dari sebuah misi.

Jadi, minimal ada tiga hal yang harus kita persiapkan sebagai rencana A sebuah misi. Bila telah mahir memimpin, biasanya pemimpin handal akan memiliki beberapa rencana, yang biasa disebut dengan plan A, plan B, dan seterusnya. Ini tergantung pengalaman dan kepiawaian dalam menuntaskan sebuah misi.

Unsur kepemimpinan

Inilah yang paling mendasar wajib dipahami para pemimpin, baik di tingkatan menengah (middle management) dan tingkat tinggi (top management), yaitu unsur-unsur kepemimpinan. Saya akan membahasnya dari level middle management terlebih dulu, karena cakupan kegiatannya masih harus menyentuh mikro. Sedangkan top management hanya di cakupan macroanalysis.

Ketika kita diminta membuat goal yang sukses untuk sebuah misi, yang menjadi hal wajib dilakukan banyak pemimpin di tingkat menengah adalah analisis SWOT atau langkah antisipatif sebelum bergerak. Jangan pula terlalu memakan waktu dalam menganalisis SWOT ini, karena unsur yang dipertimbangkan adalah strength (S) dan weaknsess (W), serta Opportunity (O) dan threat (T).

Ini ibarat orang yang ingin menyeberang jalan. Orang tua kita selalu bilang, "Look both way before you cross." Sehingga sebelum memutuskan untuk melangkah menyeberangi jalanan, pastikan melakukan pengecekan potensi bahaya dari arah kiri dan kanan. Ini diwajibkan supaya orang-orang tidak melangkah terlebih dulu, baru tengok kiri-kanan --yang alhasil malah sebelum berhasil mendapat informasi keamanan diri, dia sudah nahas ditabrak dari kiri atau kanan lantaran melangkah duluan.

Maka sebelum memutuskan mengeksekusi rencana A, B, C, dan seterusnya, pastikan dulu bahwa tim kita (kepanjangan tangan) adalah yang berkometen. Inilah maksud kekuatan tim (strength), sehingga jangan sampai menempatkan orang yang tidak ahli dibidangnya (weakness) untuk mengerjakan tugas yang semestinya.

Setelah kita sudah bisa mengorganisir orang-orang yang kita miliki --dengan segala potensi dan keterbatasannya, barulah kita membuat pemetaan situasi. Tujuannya, supaya kita tidak membuang waktu, energi, dan semangat tim kita sendiri. Pemetaan situasi ini akan berkaitan dengan bagaimana mengatasi ancaman (threat) yang ada.

Di sinilah peran kemampuan intelijensia seorang pemimpin ikut bermain. Pemimpin yang baik, sepatutnya memiliki tim survei yang handal dan berpengalaman tinggi. Karena tim survei ini nantinya akan memasok informasi-informasi umum kondisi di lapangan, hingga potensi kondisi di luar dugaan (garis belakang).

Ilustrasi dari https://www.talk-business.co.uk
Ilustrasi dari https://www.talk-business.co.uk

Sebaiknya jangan langsung melakukan vonis terhadap opportunity bila unsur-unsur S, W, dan T belum dikantongi dengan maksimal. Sebab bukan tidak mungkin nantinya malah jadi opportunity semu atau harapan hampa. Pastikan dulu kesiapan tim yang akan mendukung eksekusi rencana kita tersebut telah memahami potensi threat atau ancaman tugas mereka.

Bila semua unsur sudah dirasa cukup, tim sudah merasa yakin dan berbekal keperluan yang tepat, serta telah memahami risiko tugas mereka, barulah kita membuat target yang logis. Ini akan berkaitan dengan efektifitas penyelesaian misi tersebut. Biasanya menerjemahkannya ke dalam ringkasan yang lebih mudah, para pemimpin mengistilahkannya sebagai PDCA.

Sehingga untuk menyelesaikan sebuah analisis SWOT, pemimpin yang ideal juga punya plan (P) atau rencana yang masuk akal untuk dijalankan. Dia juga harus bisa menjelaskan rencana dengan baik ke tim pendukung atau do (D) a briefing to the team. Setelah itu, lakukan checking (C) atau memastikan semuanya sebelum memutuskan beraksi (A).

Top management

Untuk menyelami tugas para top management, secara jujur saya tidak bisa membahas sebanyak middle management. Hal ini berkaitan dengan intensitas pengalaman memimpin di level top (eksekutif, direktur, CEO, dan owner). Saya baru sekali memimpin di level eksekutif, yakni sebagai Executive Editor untuk sebuah media massa The Citizen Daily Bahasa version di Singapura.

Namun media massa tersebut kini telah pindah kantor, tidak lagi di Singapura. Selama bertugas di media itu pada 2013-2014 sebagai pemimpin bagi pada middle management (editor dan assistant editor), yang setiap hari dilakukan adalah membuat sintesis dari apa yang telah dihasilkan oleh tim-tim editorial (editor dan reporter).

Sintesis adalah hal yang dilakukan oleh pemimpin di tingkatan tinggi dan tertinggi, dalam merespon situasi. Pemimpin umum The Citizen Daily saat itu adalah Andreas Wimmer yang setiap hari memerintahkan saya untuk menghasilkan sebuah story (berita) yang merespon kebijakan-kebijakan penting di Indonesia dari isu utama yakni politik, ekonomi, dan pertahanan nasional.

FYI, para pimpinan media luar negeri umumnya tidak menanyakan berita kepada para jurnalisnya (What's your news today?), tapi mereka bertanya, "What's your story?"

Sehingga peran koordinasi menjadi hal yang terpenting bagi seorang top management. Karena setiap hari dia wajib mendapatkan informasi dari apa yang telah dicapai middle management bersama timnya. Ketika terjadi ancaman (threat) dari unsur kepemimpinan middle management (staf yang payah atau hal yang mengancam lainnya), maka dia harus segera mengambil keputusan yang optimal.

Bahkan bila middle management menemukan beberapa opportunity baru, maka seorang top management harus bisa membuat skala prioritas agar tidak membuyarkan konsentrasi dan target di level menengah. Sehingga bila top management tidak memiliki kepiawaian memimpin --yang didapat dari pengalaman memimpin di level sebelumnya, dapat dipastikan bahwa dia bukan seorang pemimpin tinggi yang ideal.

Lalu apa yang dilakukan seorang pucuk pimpinan seperti Andreas Wimmer di media massa itu? Yang pasti dilakukannya adalah mengevaluasi hasil kerja yang dicapai, untuk memperbesar langkah positif bagi organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Selain evaluasi, saya belum bisa melihat apa yang menjadi tugas-tugas pucuk pimpinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun