Maka sebelum memutuskan mengeksekusi rencana A, B, C, dan seterusnya, pastikan dulu bahwa tim kita (kepanjangan tangan) adalah yang berkometen. Inilah maksud kekuatan tim (strength), sehingga jangan sampai menempatkan orang yang tidak ahli dibidangnya (weakness) untuk mengerjakan tugas yang semestinya.
Setelah kita sudah bisa mengorganisir orang-orang yang kita miliki --dengan segala potensi dan keterbatasannya, barulah kita membuat pemetaan situasi. Tujuannya, supaya kita tidak membuang waktu, energi, dan semangat tim kita sendiri. Pemetaan situasi ini akan berkaitan dengan bagaimana mengatasi ancaman (threat) yang ada.
Di sinilah peran kemampuan intelijensia seorang pemimpin ikut bermain. Pemimpin yang baik, sepatutnya memiliki tim survei yang handal dan berpengalaman tinggi. Karena tim survei ini nantinya akan memasok informasi-informasi umum kondisi di lapangan, hingga potensi kondisi di luar dugaan (garis belakang).
Sebaiknya jangan langsung melakukan vonis terhadap opportunity bila unsur-unsur S, W, dan T belum dikantongi dengan maksimal. Sebab bukan tidak mungkin nantinya malah jadi opportunity semu atau harapan hampa. Pastikan dulu kesiapan tim yang akan mendukung eksekusi rencana kita tersebut telah memahami potensi threat atau ancaman tugas mereka.
Bila semua unsur sudah dirasa cukup, tim sudah merasa yakin dan berbekal keperluan yang tepat, serta telah memahami risiko tugas mereka, barulah kita membuat target yang logis. Ini akan berkaitan dengan efektifitas penyelesaian misi tersebut. Biasanya menerjemahkannya ke dalam ringkasan yang lebih mudah, para pemimpin mengistilahkannya sebagai PDCA.
Sehingga untuk menyelesaikan sebuah analisis SWOT, pemimpin yang ideal juga punya plan (P) atau rencana yang masuk akal untuk dijalankan. Dia juga harus bisa menjelaskan rencana dengan baik ke tim pendukung atau do (D) a briefing to the team. Setelah itu, lakukan checking (C) atau memastikan semuanya sebelum memutuskan beraksi (A).
Top management
Untuk menyelami tugas para top management, secara jujur saya tidak bisa membahas sebanyak middle management. Hal ini berkaitan dengan intensitas pengalaman memimpin di level top (eksekutif, direktur, CEO, dan owner). Saya baru sekali memimpin di level eksekutif, yakni sebagai Executive Editor untuk sebuah media massa The Citizen Daily Bahasa version di Singapura.
Namun media massa tersebut kini telah pindah kantor, tidak lagi di Singapura. Selama bertugas di media itu pada 2013-2014 sebagai pemimpin bagi pada middle management (editor dan assistant editor), yang setiap hari dilakukan adalah membuat sintesis dari apa yang telah dihasilkan oleh tim-tim editorial (editor dan reporter).
Sintesis adalah hal yang dilakukan oleh pemimpin di tingkatan tinggi dan tertinggi, dalam merespon situasi. Pemimpin umum The Citizen Daily saat itu adalah Andreas Wimmer yang setiap hari memerintahkan saya untuk menghasilkan sebuah story (berita) yang merespon kebijakan-kebijakan penting di Indonesia dari isu utama yakni politik, ekonomi, dan pertahanan nasional.