Namun kali ini KPU yang dimaksud adalah Komunitas Pecinta Ular Indonesia atau KPU Indonesia. Saya yang sudah cukup lama ikut dalam komunitas tersebut, sedikit banyaknya menjadi paham tentang ular-ular berbisa yang kerap ditemui di kawasan Asia Tenggara. Itu pula jawaban saya kepada mereka, ketika mereka menanyakan kepada saya, dari mana saya tahu cukup banyak tentang ular.
Kembali kepada jenis-jenis ular berbisa yang umum ditemui di kawasan Indonesia dan Malaysia, berdasarkan rekomendari KPU Indonesia, ada enam spesies ular berbisa yang sering ditemui di Indonesia dan Malaysia, serta kawasan sekitar negara tersebut, baik di tempat umum maupun di hutan. Mereka adalah kobra (Naja sputarix, Naja sumatrana, Naja sp. lainnya), krait (Bungarus candidus), viper pohon (Trimeresurus albolaris dan Trimeresurus insularis), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), keelback leher merah (Rhabdopsis subminiatus), dan ular cabai (Calliophis intestinalis).
1. Naja sp. (Kobra)
Berdasarkan berbagai sumber (National Geographic, Australian Enviromental Department, hingga LIPI) spesies ular ini hanya membutuhkan 7 mikrogram untuk membunuh setengah dari populasi tikus dewasa. Kadar bisa yang tepat dalam darah manusia, bisa membawa kematian. Beruntung Indonesia memiliki penawar racun ular jenis ini, termasuk krait dan ular tanah. Tapi satu suntikan (ampul) untuk penawarnya membutuhkan biaya yang mahal. Ular ini merupakan ular yang cukup beradaptasi dengan baik, yang dapat hidup di habitat manusia. Jadi jika ada tikus dan katak di rumah kita, bisa jadi ular kobra juga menyelinap di sana.
2. Welang, weling (Krait)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ular krait memiliki racun yang lebih kuat daripada ular kobra. Hanya membutuhkan 4 mikrogram saja. Dan yang lebih berbahaya lagi, ular jenis ini malah tampak menyenangkan bagi anak-anak dan saat menggigit, korban hanya akan merasa gatal. Namun sekitar 20-45 menit setelah digigit, mereka akan merasa sangat mengantuk, lemas, sesak nafas, hingga mereka tertidur dan tidak pernah bangun. Tapi ular ini memang cukup pilih-pilih untuk tempat tinggalnya. Mereka sering memilih daerah yang airnya bersih dan sehat. Jadi berhati-hatilah jika kita sedang berlibur di daerah dekat sungai.
3. Viper (beludak) pohon
Ular ini juga memiliki racun mematikan yang setara dengan ular kobra, bahkan beberapa penelitian menunjukkan kadar bisa lebih tinggi dari kobra. Informasi terbaru dari para ahli, Indonesia rupanya masih belum memiliki penangkal gigitan ular ini. Ular jenis ini banyak ditemukan di hutan, perkebunan, bahkan taman yang rimbun di sekitar perumahan. Untuk mengantisipasi, perhatikan ekornya. Ular ini mendapat julukan "si ekor merah mematikan" oleh masyarakat sekitar.
4. Ular tanah
Banyak orang menyebut ular ini sebagai ular ranjau darat. Ada yang menyebutnya bandotan, tapi julukan yang paling terkenal dari ular ini adalah ular gibug karena kemampuannya dalam menyamar diantara daun-daun kering. Para korban ular ini menceritakan bahwa mereka menjadi korban gigitan karena tidak sengaja menginjak dan akhirnya digigit. Setelah gigitan (karena ular ini menyerang lebih dari sekali) kulit mereka terasa seperti terbakar dari dalam. Selanjutnya, rasa sakit akan terus menyebar saat venom mengikuti getah bening, bahkan hingga korban mengalami masalah sistemik yang parah. Banyak orang meninggal setelah mengalami masalah sistemik.
5. Red-necked keelback atau Picung
Selain memiliki kadar bisa yang setingkat dengan ular tanah yang mematikan, ular ini juga memiliki racun di kulitnya. Bisa atau venom adalah kandungan yang mematikan bila ikut mengalir ke dalam darah, sedangkan racun berarti sesuatu yang mengandung unsur-unsur berbahaya jika tersentuh atau tertelan. Ular ini memiliki kedua hal berbahaya tersebut di dalamnya, yakni berbisa dan beracun. Waspadai tekstur dan corak kulit ular yang eksotis ini, karena dibalik keindahannya, berakibat fatal bagi manusia.