Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kreatif Ditopang Percaya Diri

19 Oktober 2017   17:29 Diperbarui: 20 Oktober 2017   09:13 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usaha mandiri berbentuk kreativitas, diproyeksi akan menjadi salah satu kekuatan perekonomian Indonesia. Inilah yang sedang didorong pemerintah, yakni mengembangkan potensi ekonomi kreatif anak bangsa. Rias atau styling merupakan salah satu usaha mandiri yang mendukung ekonomi kreatif. Seperti yang dilakukan teman kita Usti Nurul Hikmah di Jakarta.

Modal aktivitas wirausahanya, selain dari kesukaan merias diri sendiri, juga dari apa yang telah dia dapat selama kuliah di jurusan Sosial Ekonomi Perikanan IPB, pada 1997 silam. Meski sempat bekerja di sana-sini pasca lulus dari IPB pada 2002, bahkan pernah jadi tenaga honorer di salah satu kementerian, akhirnya sekitar tujuh tahun lalu dia mulai fokus di urusan rias merias.

Ada dua hal yang menjadi dasar keberhasilan Usti dalam menjalankan usahanya. Keduanya adalah rasa percaya dan keahlian berkomunikasi. Dua hal tersebut dia terapkan dengan baik, hingga akhirnya Usti bisa dibilang mandiri keuangan. Melalui tulisan ini, Usti berbagi pengalaman dari usaha riasnya.

Rasa percaya, dalam artian menekan kebiasaan merasa kurang akan sesuatu, sehingga malah menjadi lebay atau berlebihan. Karena usaha yang dijalaninya berbasis pada taste maka prinsip kepuasan pelanggan menjadi keharusan. Bidang usaha yang dijalani Usti adalah mendandani orang atau make up. Maka patokannya, ketika orang tersebut telah merasa cocok, upaya telah berhasil. Ini kemudian terkait dengan rasa ego. Dalam artian, jangan pernah coba-coba menerapkan apa yang kita rasa kurang.

Karena bagi mereka yang baru merias, sering merasa begini, 'Rasa-rasanya kok masih kurang atau belum maksimal di bagian ininya, itunya..' atau apapun itu, padahal si klien sudah merasa pas. Sehingga ketika perias mengikuti perasaannya, yang terjadi malah kegagalan, karena baik klien dan perias menjadi tidak percaya diri.

Inilah yang disebut dengan menyederhanakan cita rasa. Terkadang, keinginan klien bisa di atas apa yang kita bayangkan, bisa juga lebih mudah dari yang kita bayangkan. Ketika di atas yang kita bayangkan, maka yang utama adalah memperkuat rasa percaya diri si klien. Dan itu bisa dilakukan bila kita pun tenang.

"Ingatlah bahwa Tuhan telah menciptakan orang dengan sempurna. Dan kita harus bisa meyakinkan ini ke klien. Lakukan dengan komunikasi yang baik," ungkap Usti. Dengan begitu, perias akan paham apa yang dibutuhkan kliennya dan hal apa saja yang membuat klien tidak percaya diri.

Sehingga bagi pihak perias, hilangkan subjektivitas. Karena datangnya perasaan tidak cocok atas penampilan seseorang bukan lantaran ada yang salah dari tampilan alamiah orang tersebut, melainkan subjektivitas orang. Dan tentunya, setiap perias harus memiliki sense of artistic yang didapat dari pengalaman dan belajar.

Ada pula klien keinginannya sederhana saja, bahkan di bawah apa yang telah kita persiapkan. Maka untuk hal ini, ketika klien merasa sudah pas padahal sumber daya yang kita keluarkan untuk meriasnya belum sampai 100%, bijaksanalah. Jangan merasa kecewa atau merasa gemas, geregetan, karena yang terpenting adalah kepuasan pelanggan.

13584777-10206647910981787-7749834004025714277-o-59e86c3aa01dff528b5cbff2.jpg
13584777-10206647910981787-7749834004025714277-o-59e86c3aa01dff528b5cbff2.jpg
Sementara dari sisi klien, yang harus ditanamkan adalah kepercayaan diri bahwa "Wajahmu, kebanggaanmu" sehingga di dirinya akan muncul kepercayaan diri. Klien akan merasa wajahnya hanya perlu sedikit diberi sentuhan keindahan dan dia berada di tangan yang tepat.

"Saya punya klien yang tidak percaya diri karena merasa pipinya tembem (chubby). Dan saya harus melakukan hijab styling di wajahnya," kata Usti. Karena perasaan tersebut, si klien meminta agar hijabnya menutupi alis agar wajahnya tidak terkesan bulat.

Sedangkan Usti memiliki pandangan lain, bahwa untuk memakai hijab, jangan pernah menutup alis. Justru dengan menutupi alis, akan ada yang hilang dari tampilan alami seseorang. Disinilah dia harus meyakinkan kliennya bahwa wajahmu adalah kebanggaanmu. Karena siapapun periasnya, bila kliennya tidak percaya diri, tak akan pernah mencapai keberhasilan.

Pada akhirnya, seorang perias akan mendapatkan ciri khas atau spesifikasi yang membuatnya unik. Hingga saat ini, buah kreasi make up maupun hijab styling yang ditangani Usti telah digandrungi banyak pelanggannya. Dari sekian pelanggan, beberapa tokoh juga dia tangani, seperti Hanifah Husein (istri Ferry Mursyidan Baldan) dan Kartika Yudhistira (anak Suryadharma Ali).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun