Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maaf, Saya Pilih Bluebird

24 Oktober 2016   18:50 Diperbarui: 24 Oktober 2016   19:05 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bila ingin dibilang profesional, maka salah satu faktor yang harus dijaga adalah kondisi psikis. Jangan menumpahkan masalah pribadi ke nasabah atau pelanggan. Bila ingin dibilang pintar maka, jangan memainkan watak ke dalam pergaulan masyarakat. Lalu apa maksud dari kalimat pembuka tulisan ini, yang tertulis di awal? Mari simak bersama.

Untuk diketahui, penulis artikel bukan sponsor dan bukan panelis. Ini murni pendapat pribadi, yang tak bisa hanya disimpan di kepala. Hal ini juga dilatarbelakangi dari pengalaman rekannya penulis, para tetangga, dan kerabat.

First of all, untuk bisa dibilang objektif, salah satu faktor dalam menilai sesuatu ialah melalui komparasi. Dalam hal ini, yang ingin dinilai adalah layanan transportasi daring (online), lebih khususnya roda empat. Pemilik akun adalah orang yang mobile, yang kerap menggunakan transportasi daring selama 1,5 tahun hingga detik ini. Dan ada empat jenis layanan daring yang akan dinilai, lewat penilaian pribadi pemilik akun penulis Kompasiana ini.

Yaitu Bluebird, Uber, Grab, dan Go-Car. Langsung saja, tingkat kepuasan yang didapat, bisa dilihat di gambar utama tulisan ini. Dapat dilihat bahwa Bluebird menempati urutan pertama di hati akun penulis artikel ini. Hal tersebut lantaran empat indikasi utama, yakni kemauan, komitmen, ketulusan, dan interaksi.

Dari sisi indikasi kemauan, saat menggunakan Grab dan Go-Car, yang sering terjadi adalah para sopir kerap menolak konsumen lantaran mereka telah tahu medan lalu lintas dari tujuan si konsumen. Mereka tahu bila yang dituju adalah jalur macet, sehingga mereka menolak. Dan yang terjadi ialah, konsumen kesulitan mendapat layanan transportasi dari kedua aplikasi itu. Hal ini sebaliknya, tidak terjadi di Bluebird dan Uber. Hello! Hari gini, paling cuma Surga yang tak macet bro..

Namun masalahnya, ketika berbicara soal komitmen. Kekecewaan kerap terjadi di Uber. Sampai sekarang, Uber memang belum pernah me-reject tawaran konsumen ketika ada sinyal masuk. Tapi sayang, itu bukan karena komitmen, tapi karena mereka memang belum bisa membaca kemana arah tujuan konsumen. Namun ketika mereka sudah tahu, tak jarang mereka meminta konsumen membatalkannya. Toh, cuma dibebani biaya Rp 10 ribu (dahulu Rp 30 ribu) saja. This is unprofessional dude, we're paying not begging.

Berlanjut ke ketulusan. Baik di Uber, Grab, dan Go-Car, selalu ada saja yang mau mengantar konsumen meski medan tujuan macet dan mungkin tak karuan jalannya. Tapi, tunggu dulu. Dari ketiga layanan daring itu, nyaris 100 persen sopirnya ngedumel sepanjang jalan. Atau menjalankan kendaraannya secara grasak-grusuk membuat mual perut. Di sini tampak bahwa ternyata banyak para pengemudi dari ketiga layanan tersebut, punya masalah psikis. Namanya juga kerja bung, bahkan boss pun bisa stress.

Dan terakhir, interaksi. Dari layanan Uber, Grab, Go-Car, kerap terjadi kelakuan pengemudi yang; enggan memutar kendaraannya ketika di jalur sebaliknya. Bahkan bila kesalahannya berada di pihak mereka, misalnya kelewat atau salah alamat. Mereka malah kerap meninggikan suara bahkan meng-omel-i konsumennya, dan meminta konsumen membatalkan pesanan, padahal kesalahan di pihak mereka. Hey, if you're clever you'll find out that, that's your problem not mine.

Nah dari keempat pelanggaran indikasi utama itu, sampai saat ini, belum pernah terjadi pada Bluebird. Bahkan sebelum ada daring pun, belum pernah ada sopir Bluebird yang bermasalah seperti di atas. Memang tarif Bluebird tinggi, tapi terasa sepadan dengan tidak adanya hal-hal di atas yang sangat mengganggu bagi konsumen. Semoga sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun ke depan layanan Bluebird tidak berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun