"Pertemuan antara para veteran dengan Gen Y, memang kerap diwarnai kontra. Namun kontra itu tidak separah kolaborasi antara Gen X versus Gen Y. Karena jumlah veteran di perusahaan-perusahaan tidak sebanyak Gen X, dan Gen Y masih mau menerima nilai keteladanan dari para veteran itu."
Â
Konflik X dan Y
Sedang Gen X kerap merasa sebagai generasi yang paling berbobot. Pasalnya mereka hidup di masa pembangunan, dimana semua orang hidup dengan melibatkan diri di setiap peristiwa, berjuang mencari tahu lebih banyak, dan menjalani proses setapak demi setapak. Tak heran bila Gen X lebih terperinci dalam merancang sesuatu dan berbicara cenderung panjang lebar.
Masalahnya adalah, saat berhadapan dengan para Gen Y (yang hidup di zaman serba tersedia, baik sarana dan prasarana) para Gen X ini merasa tidak perlu melibatkan Gen Y lebih jauh dalam programnya. Dengan kata lain Gen X hanya menginginkan Gen Y sebagai pelaksana. Padahal potensi Gen Y lebih jauh dari itu.
Gen X yang sangat menghargai proses panjang perjuangan, cenderung memilih tim yang segenerasi, menganggap Gen Y masih belum cukup kompeten. "Sementara Gen Y, yang lebih suka move on dan cenderung never look back, sangat ingin dilibatkan. Mereka ingin tahu arah dan tujuannya," pungkas Irvandi. Inilah yang harus dikelola dengan baik.
Perlu dipahami bahwa Gen Y merupakan generasi yang hidup dengan segala informasi sudah tersedia, yang cenderung menginginkan sesuatu dengan cara to the point. Mereka kerap mengharapkan tanggapan yang segera, baik tanggapan berupa penghargaan maupun hukuman, atas apa yang mereka kerjakan. Mereka tak ada waktu lagi diminta memahami bahkan menjalani proses sebuah produk.
Sementara di saat Gen X masih terjebak dengan stigma membangun, Gen Y justru sudah berpikir bagaimana cara mengatur hasil dari pembangunan atau mengatur sebuah proses.
Gen Y juga cenderung individualisme, karena mereka mengelola informasi yang tersedia. Dalam menilai sebuah program, tak heran bila Gen Y lebih melihat apa yang bisa diberikan perusahaan terhadapnya, serta brand dari sebuah perusahaan tersebut. Bahkan sering pihak HRD menemukan bahwa mereka tak segan menanyakan CSR perusahaan, disaat tahap tes masuk kerja.
Maka generasi sebelum Gen Y, seharusnya sadar bahwa Gen Y memang hadir untuk me-manage Gen X dan veteran. "Gen Y harus diarahkan bagaimana me-manage generasi sebelumnya. Inilah sinergi yang harus diterapkan, guna meningkatkan engagement karyawan," ungkap Irvandi.
Sehingga menurut Irvandi, ke depannya, yang harus dipahami adalah peran Gen Y sebagai pengelola dan pemimpin. Sementara Gen X dan veteran mendukung dari belakang, dengan memastikan prosesnya. Gen X dan baby boomers menjadi konselor para Gen Y. Hakikatnya, setiap generasi harus berkolaborasi dengan kelebihan yang ada, bukan berjalan masing-masing.