Tahap berikutnya adalah dari sisi fasilitas. Sekalipun masih menggunakan peralatan tradisional, batu Agate Muara Sahung banyak dicari dan digemari masyarakat tidak hanya di daerah Bengkulu saja tetapi juga sampai ke luar Provinsi Bengkulu.
Di Muara Sahung, warga mengambil batu Agate dengan menggunakan peralatan tradisional dan mengumpulkan batu Agate untuk kemudian menunggu pembeli datang yang biasanya dari luar Kabupaten Kaur bahkan dari luar Provinsi Bengkulu. Kemampuan mengolah batu Agate belum dimiliki masyarakat lokal sehingga pengolahan batu Agate dikerjakan para pengrajin dari luar Kaur.
Institusi itu kemudian memberikan bantuan berupa peralatan. Batu Agate yang belum diolah langsung dibawa ke Pusat Agro Industri Batu Agate di kawasan Pondok Pusaka, Kabupaten Kaur. Dengan bantuan peralatan tersebut, batu Agate diolah menjadi bahan jadi seperti cincin, liontin, plakat, souvenir, dan beragam hiasan atau assesoris dengan harga yang cukup tinggi.
Setelah proses
Kini setelah terorganisir, dengan manajemen yang baik, proses penambangan batu Agate di Muara Sahung sudah dilakukan secara berkelompok. Jumlah penambang dalam satu lokasi sekitar 20 - 30 orang. Alat penambangan sangat sederhana yang biasa digunakan tetap mereka ditinggalkan, yakni tojos (besi kecil berukuran panjang yang digunakan untuk mencari titik-titik lokasi batu ditempat galian), linggis, cangkul dan ember.
Keuntungan
Dengan adanya bantuan peralatan dari institusi tersebut, mulai dari proses pemotongan batu sampai proses jadi membutuhkan waktu lebih cepat daripada menggunakan peralatan tradisional. “Untuk proses pengerjaan 1 batu cincin yang belum diikat hanya perlu waktu setengah jam saja.” ungkap Rizal, salah satu pengrajin batu Agate di Pusat Agro Industri Pondok Pusaka. Melalui mesin-mesin bantuan itu, permintaan batu cincin, assesoris dan souvenir meningkat dengan bermacam-macam bentuk dari beberapa jenis batu yang menjadi kegemaran masyarakat Bengkulu.
Proses pengolahan batu agate dimulai dari pemilihan bahan batu Agate yang biasanya berbentuk bongkahan kemudian dipecahkan menggunakan mesin pemotong menjadi berbagai bentuk semi jadi. Setelah proses pembentukan selesai, batu Agate dihaluskan dengan alat gerinda untuk selanjutnya dipoles sehingga bisa mengkilat. Sesudah pemolesan selesai batu cincin Agate bisa diikat sesuai dengan bentuknya.
Batu Agate yang sudah jadi cincin, liontin dan assesoris tidak hanya dipasarkan di Pusat Agro Industri Batu Agate kawasan Pondok Pusaka saja tetapi juga sering dibawa dalam berbagai pameran baik di kota Bengkulu maupun di kota-kota lain.
Bahkan pada kompetisi gemstone awal tahun 2015, Batu Agate Bengkulu yang diberi nama "Pictorial Agate Badar Pemandangan" berhasil meraih prestasi sebagai batu akik dengan harga termahal, yakni Rp 2 miliar. Tak heran jika saat ini batu Agate yang dulunya terpendam muncul menjadi permata alam primadona baru Bengkulu.
Seluruh upaya di Muara Sahung dengan produk batu permata yang dihasilkannya itu kemudian menginspirasi para juri ajang tahunan penghargaan internasional tahunan yang prestisius "The 7th Annual Global CSR Summit and Awards 2015". Dan memutuskan bahwa produk pengrajin batu terbina di Bengkulu itu layak meraih juara III penghargaan kategori Product Excellence.