Sering melintas di Jalan Raya TB Simatupang? Terutama lintasan jalan yang menuju ke arah Pasar Minggu, dari arah Cilandak. Di situ, setiap pagi ada tukang jualan mie ayam, yang bisa dibilang tidaklah sangat ramai pembeli, pun tidak sedikit pelanggannya.
Betul sekali, dia tidak miskin pelanggan tapi tidak pula membludak oleh yang ingin beli. Yang pasti, rasa mie ayam yang disuguhkan Bapak Penjual, memang mantap. Tapi mohon maaf, ini tidak memusatkan perhatian pada lokasi tepatnya si penjual mie ayam tersebut. Juga tidak memaparkan rasa mie ayam itu secara lebih terperinci. Karena tulisan ini bukan ajang jualan mie ayam. Bila penasaran dengan mie ayam tersebut, baiknya tanyakan orang-orang di sekitar situ yang tentu sudah mengenalnya.
Yang ingin diungkap, adalah prinsip si Bapak Penjual mie ayam, yakni kenapa harus pagi-pagi buta dia berjualan, “Tapi ternyata pagi-pagi begini pembeli sudah banyak ya Pak?”
“Ya, karena ini adalah jaminan dari Dia. Siapa yang ragu dengan jaminan dari Yang Maha Kaya?” ungkap di Bapak Penjual sambil meracik mie ayam.
“Saya bingung Pak, jaminan apa?”
“Hehe, saya cerita saja ya, sambil saya melayani pembeli.”
“Silakan Pak, jangan direpotkan oleh pertanyaan saya. Cuma saya penasaran jadinya. Saya cuma iseng saja, karena biasanya tukang mie ayam buka siang.”
“Jadi begini, anu Dik, saya itu, bla, bla, bla …….”
Si Bapak Penjual pun bercerita cukup panjang tentang bangun pagi. Dan singkat cerita, pada intinya apa yang dia ceritakan memang telah dibuktikan oleh banyak orang sukses tingkat atas dunia, seperti Bill Gates, Raja Fahd bin Abdul Aziz, hingga yang paling dekat dengan rakyat Indonesia, Presiden Joko Widodo. Menurutnya, awal pagi adalah saat dimana sumber kekuatan terbuka luas. Si Bapak Penjual menerangkan melalui tilik ajar Islam, karena kebetulan dia muslim.
“Karena duapertiga malam menjelang matahari terbit, Allah turun menyapa mahlukNya dengan caraNya yang Maha Hebat. Saya selalu bangun di duapertiga malam. Sebelum bekerja, terus terang saja, kadang saya shalat malam dan berdoa meminta kepadaNya, kadang tidak. Tergantung situasi dan kondisi diri ini. Kalau tidak capek, saya melakukan itu. Tapi kalau capek, saya tidak. Tapi yang pasti, menurut saya berdasarkan apa yang saya alami, Allah senang disambut oleh mahlukNya. Mereka yang berkorban untuk berupaya terjaga dari tidur nyamannya ketika Dia datang di duapertiga malam, mungkin menurut saya, dianggap Allah sebagai upaya menyambutNya. Itulah sebabnya mereka yang bangun lebih awal bersama denganNya hingga matahari terbit, kerap mendapat kekuatan tersendiri.”
Namun apa kekuatan yang dimaksud? Apakah kekuatan finansial? Bila memang finansial, seharusnya tukang mie ayam itu kaya raya. Bila kekuatan fisik, seharusnya dia tak perlu jadi tukang mie ayam, tapi jadi saja pasukan khusus yang perkasa di segala medan. Nah lalu apa kekuatan yang dimaksud si Bapak Penjual?