Seiring berjalannya waktu, luka di tubuh Abah Emang mulai berangsur sembuh. Namun pada 1950, Abah Emang akhirnya memilih untuk pensiun dini mengingat kondisi tubuhnya yang sudah tak memungkinkan lagi Di tahun 1945. Saat pensiun dini itu, usia abah 25 tahun. Jadi, menjadi TRI hanya selama lima tahun
Abah Emang telah mengakui bahwa dirinya pernah mendapat bantuan dari Presiden Soekarno. Prajurit yang cacat seumur hidup dan pensiun dini mendapat kenaikan pangkat tiga tingkat. Jadi, Abah Emang pensiun dengan pangkat sersan mayor (Serma). Selepas pensiun, abah memilih jadi petani Keinginan Abah Emang di usia senjanya tak muluk-muluk. Ia tak berharap mendapat bantuan finansial. Abang Emang merasa cukup dengan pensiunan sebesar Rp2,4 juta per bulannya.Menurutku Abah bberk mendapat lebih dari pada itu mngingat tumpah darah yang pernah dia rasakan selama puluhan hari di bawah kepungan MILITER BELANDA. Dengan demikian berakhirlah sudah perjuangan abah yang begitu gelap gulita nan sakit di bawah tekanan. Kini saatnya ia merasakan KEBAHAGIAAN atas Hasil yang telah ia PERSEMBAHKAN untuk bumi Kandung TANAH AIR Tercinta. INDONESIA
Satu kalimat yang kusimpulkan untuk Abah saat ini adalah “ RAHASIA KEBAHAGIAAN ADALAH KEBEBASAN, RAHASIA KEBEBASAN ADALAH KEBERANIAN”. Dengan apa yang telah abah berikan, KEBERANIAN patut diHARGAI .
Bukan tanpa Alasan, Bukan pula Tapi untuk Tak peduli. KINI KEBERADAAN MEREKA PARA PATRIOT sudah sulit dijumpai. KESEMPATAN INILAH Yang harus dijadikan moment bagi KITA Selaku GENERASI MUDA untuk SEMANGAT BERJUANG MEMBELA TANAH AIR NEGARA KITA, INDONESIA. BELAJARLAH DARI SEJARAH MASA LALU. JANGAN SIA SIAKAN Perjuangan mereka. KARENA KEMERDEKAAN YANG GAGAL DIISI HANYA AKAN MENJADI NARASI YANG PENUH BASA BASI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H