Sebelum mengalahkan Daniil Medvedev (Rusia) di final Australian Open 2024 pada hari Minggu tanggal 28 Januari 2024, Jannik Sinner sudah mengirimkan sinyal tanda bahaya. Setelah sebelunya mengalami enam kekalahan berturut-turut, pada pertemuan ke-7 di final China Open tahun lalu, Sinner sukses mengukir kemenangan perdananya atas petenis nomor 3 dunia tersebut.
Pertemuan selanjutnya yaitu final Austria Open 2023 dan semifinal akhir tahun ATP Final di Turin, Italy, lagi-lagi petenis muda anak pengusaha restoran di Italy ini kembali mengkanvaskan Medvedev, mengubah rekor head to head menjadi 6-3.
Tahun 2023 memang menjadi momentum Sinner untuk semakin bersinar. Di tahun 2023, Sinner memenangkan gelar master 1000 pertamanya di Canadian Open, mengalahkan Alex deMinaur (Australia).
Perihal gelar master 1000 ini memang seperti ajang balapan petenis muda untuk berkompetisi siapa yang akan meraihnya terlebih dahulu. Sinner  beberapa tahun lebih awal terjun di kancah tennis profesional, namun Holge Rune (Denmark) berhasil menyalip lewat kemenangan atas Novak Djokovic (Serbia) di Cincinnati 2022. Lalu Andrey Rublev (Rusia) di Dubai. Sinner bisa dikatakn termasuk terlambat untuk meraih gelar master 1000 pertamanya setelah sebelumnya gagal menang di final atas Hubert Hurkaz (Polandia) dan Medveved di Miami Open.
Setelah hampir semua berhasil memiliki gelar master 1000, pertaruhan kemudian meningkat menjadi siapa yang pertama kali akan memiliki gelar Grand Slam. Dari daftar 20 top dunia, memang hanya Novak Djokovic, Carlos Alcaraz (Spanyol) dan Daniel Medvedev  yang memiliki gelar Grand Slam (GS).Â
Djokovic sudah mengoleksi 24 tropi GS dari empat turnamen yang berbeda: Australian Open, French Open, Wimbledon dan US Open. Alcaraz membukukan 2 GS, yaitu US Open (2022) dan Wimbledon (2023). Sementara dari enam final GS, Medvedev baru mampu mengkonversi satu saja: US Open (2021).
Medvedev bisa dibilang lebih beruntung di banding Alexander Zverev (Jerman), Casper Rudd (Norwegia), Stefano Tsitsipas (Yunani), Kei Nishikori (Jepang), Matteo Berettini (Italy), Kevin Anderson (Afrika Selatan) yang pernah berhasil tembus final GS tapi gagal menjadi juara. Zverev kalah dari Dominic Thiem (Austria) di US Open, Rudd kalah dari Rafael Nadal & Alcaraz di French Open & US Open, Kei Nishikori kalah dari Marin Cillic (Kroasia) di US Open, Tsitsipas dan Berettini sama-sama ditundukkan Djokovic di Australia Open dan Wimbledon.
Namun tentu saja Sinner jauh lebih beruntung, karena di penampilan perdana di final GS, dia langsung menjadi juara, mengalahkan Medvedev yang sebelumnya sudah pernah menjadi finalis pada tahun 2021 dan impian mejadi juara digagalkan oleh Nadal.
Final Australian Open 2024 memang berakhir sangat menegangkan. Sinner terlihat nervous di set awal, terlihat dari servis pertama yang kacau dan penempatan bola yang kurang akurat. Sebaliknya Medvedev bermain agresif dengan shot-shot cepat dan tajam yang membuat Sinner pontang-panting mempertahankan lapangannya.
Mengacu pada hasil pantauan di set 1 dan 2, komentator pertandingan bahkan sudah memprediksi Medvedev akan keluar sebagai juara karena set pertama dan set kedua yang relatif mudah diamankan Medvedev dengan skor kembar 6-3 dan 6-3. "Sinner masih muda. Dia masih memiliki peluang untuk menjadi juara turnamen besar, tetapi tidak hari ini", demikian kalimat sang komentator.
Memasuki set ketiga Sinner seperti bangun dari tidur lelapnya, berjuang dan berhasil mempertahankan servis game dengan servis dan tembakan forehand yang jauh dari jangkauan Medvedev. Di game ke sembilan bahkan untuk pertama kalinya berhasil merebut servis game Medvedev dan mengamankan set 3 dengan skor 6-4.
Penonton pun bersorak riuh, karena ini artinya pertandingan masih akan berlanjut dan menunjukkan keseruannya karena Sinner sudah mulai melakukan perlawanan.
Sinner yang terlihat semakin menemukan ritme permainannya, mencoba memaksakan rally-rally panjang untuk mengecoh dan menghabiskan tenaga Medvedev sebelum menemukan momentum yang tepat untuk menyerang. Taktik ini lumayan berhasil karena Medvedev banyak melakukan forced dan unforced error setelah saling adu pengembaliannya bola-bola panjang. Sinner kembali break, dan set ke-4 pun berhasil direbut Sinner dengan skor 6-4 juga.
Di set penentuan, Medevedev sepertinya sudah benar-benar kehabisan bensin. Pukulannya tak lagi agresif dan mulai kepayahan mengejar penempatan bola dari Sinner. Sebaliknya Sinner seperti mendapatkan kembali tempo permainannya, -yang 2 hari sebelumnya berhasil menjungkalkan Djokovic di semifinal-, berhasil mematahkan servis game Medvedev lebih awal untuk skor 4-2. Selanjutnya Sinner hanya perlu mempertahankan servis game-nya sendiri untuk bisa memenangkan pertandingan.
Dan championship point pun sukses dimenangkan Sinner lewat pukulan forehand ke sudut kiri yang tak mampu dikejar Medvedev.
Meski tampil di Australian Open dengan status sebagai unggulan nomor 4, hampir tidak ada rekan-rekannya sesama petenis ATP yang memfavoritkan Sinner sebagai juara. Semua menjagokan Djokovic, sang juara bertahan dan sudah pernah 10 kali menjadi juara di turnamen ini. Namun setelah Djokovic secara mengejutkan tereliminasi di semifinal, harapan juara pun ditumpukan pada petenis berusia 22 tahun tersebut.
Penampilannya memang cukup meyakinkan,  dari babap pertama Sinner tidak pernah kehilangan satu set pun hingga sampai ke perempat final. Semua dimenangkan dalam laga 3 set. Bahkan saat berhadapan dengan Rublev di perempat final, Sinner membalikkan keadaan  dari defisit 1-5 di babak tiebreak, menjadi kemenangan 7-5, yang membuat Rublev mencak-mencak tidak percaya bisa gagal merebut set kedua setelah memiliki peluang besar.
Secara mental dan daya juang, Sinner memang sudah cukup matang. Di ajang Davis Cup dia bahkan berhasil menggagalkan match point’ Djokovic. Dan di Australian Open dia kembali membuktikan bahwa setelah kalah dua  set dari petenis yang peringkatnya lebih tinggi, dia berhasil merebut 3 set berikutnya.
Sinner dikenal sebagai anak muda yang ramah dan baik hati. Tidak arogan seperti Rune, atau banyak bicara seperti Alcaraz. Secara fisik juga Sinner tergolong sangat kurus, tetapi dalam tubuhnya yang ringkih tersimpan tenaga yang bisa memporak-porandakan pertahanan lawan lewat forehand dan jumping backhand.
Dalam ajang raihangelar master 1000, Sinner boleh disalib. Namun dalam urusan gelar yang lebih besar dan bergengsi, Sinner lah yang menyalip duluan. Bahkan para seniornya seperti Grigor Dimitrov (Bulgaria), Karen Khachanov (Rusia), Alexander Bublik (Kazakstan), Borna Coric (Kroasia), Felix Auger Aliassime (Kanada), Taylor Fritz (Amerika), Dennis Shapovalov (Kanada) yang di awal-awal karir sempat menunjukkan performa yang menjanjikan, belum pernah mencicipi final atau pun gelar juara GS.
Jika tetap bisa konsisten bermain dengan baik, bukan tidak mungkin impian menjadi petenis nomor 1 dunia dan gelar GS yang berikutnya akan berada dalam genggaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H