Memasuki set ketiga Sinner seperti bangun dari tidur lelapnya, berjuang dan berhasil mempertahankan servis game dengan servis dan tembakan forehand yang jauh dari jangkauan Medvedev. Di game ke sembilan bahkan untuk pertama kalinya berhasil merebut servis game Medvedev dan mengamankan set 3 dengan skor 6-4.
Penonton pun bersorak riuh, karena ini artinya pertandingan masih akan berlanjut dan menunjukkan keseruannya karena Sinner sudah mulai melakukan perlawanan.
Sinner yang terlihat semakin menemukan ritme permainannya, mencoba memaksakan rally-rally panjang untuk mengecoh dan menghabiskan tenaga Medvedev sebelum menemukan momentum yang tepat untuk menyerang. Taktik ini lumayan berhasil karena Medvedev banyak melakukan forced dan unforced error setelah saling adu pengembaliannya bola-bola panjang. Sinner kembali break, dan set ke-4 pun berhasil direbut Sinner dengan skor 6-4 juga.
Di set penentuan, Medevedev sepertinya sudah benar-benar kehabisan bensin. Pukulannya tak lagi agresif dan mulai kepayahan mengejar penempatan bola dari Sinner. Sebaliknya Sinner seperti mendapatkan kembali tempo permainannya, -yang 2 hari sebelumnya berhasil menjungkalkan Djokovic di semifinal-, berhasil mematahkan servis game Medvedev lebih awal untuk skor 4-2. Selanjutnya Sinner hanya perlu mempertahankan servis game-nya sendiri untuk bisa memenangkan pertandingan.
Dan championship point pun sukses dimenangkan Sinner lewat pukulan forehand ke sudut kiri yang tak mampu dikejar Medvedev.
Meski tampil di Australian Open dengan status sebagai unggulan nomor 4, hampir tidak ada rekan-rekannya sesama petenis ATP yang memfavoritkan Sinner sebagai juara. Semua menjagokan Djokovic, sang juara bertahan dan sudah pernah 10 kali menjadi juara di turnamen ini. Namun setelah Djokovic secara mengejutkan tereliminasi di semifinal, harapan juara pun ditumpukan pada petenis berusia 22 tahun tersebut.
Penampilannya memang cukup meyakinkan,  dari babap pertama Sinner tidak pernah kehilangan satu set pun hingga sampai ke perempat final. Semua dimenangkan dalam laga 3 set. Bahkan saat berhadapan dengan Rublev di perempat final, Sinner membalikkan keadaan  dari defisit 1-5 di babak tiebreak, menjadi kemenangan 7-5, yang membuat Rublev mencak-mencak tidak percaya bisa gagal merebut set kedua setelah memiliki peluang besar.
Secara mental dan daya juang, Sinner memang sudah cukup matang. Di ajang Davis Cup dia bahkan berhasil menggagalkan match point’ Djokovic. Dan di Australian Open dia kembali membuktikan bahwa setelah kalah dua  set dari petenis yang peringkatnya lebih tinggi, dia berhasil merebut 3 set berikutnya.
Sinner dikenal sebagai anak muda yang ramah dan baik hati. Tidak arogan seperti Rune, atau banyak bicara seperti Alcaraz. Secara fisik juga Sinner tergolong sangat kurus, tetapi dalam tubuhnya yang ringkih tersimpan tenaga yang bisa memporak-porandakan pertahanan lawan lewat forehand dan jumping backhand.
Dalam ajang raihangelar master 1000, Sinner boleh disalib. Namun dalam urusan gelar yang lebih besar dan bergengsi, Sinner lah yang menyalip duluan. Bahkan para seniornya seperti Grigor Dimitrov (Bulgaria), Karen Khachanov (Rusia), Alexander Bublik (Kazakstan), Borna Coric (Kroasia), Felix Auger Aliassime (Kanada), Taylor Fritz (Amerika), Dennis Shapovalov (Kanada) yang di awal-awal karir sempat menunjukkan performa yang menjanjikan, belum pernah mencicipi final atau pun gelar juara GS.
Jika tetap bisa konsisten bermain dengan baik, bukan tidak mungkin impian menjadi petenis nomor 1 dunia dan gelar GS yang berikutnya akan berada dalam genggaman.