Setelah selama 30 menit Padi Reborn yang digawangi Fadli dan Piyu, juga merupakan salah satu band terbaik yang ada di Indonesia, menjadi opening act konser yang digelar di gedung dengan kapasitas 8000 penonton ini. Selain membawakan sederetan lagu-lagu hits-nya, Padi juga menampilkan nomor 'Misteri' dari God Bless menjadi salah satu repertoar-nya.
Helmi Yahya naik ke atas panggung menyampaikan orasi singkat sebagai penghantar penyerahan sertifikat dari Museum Rekor Indonesia (MURI) kepada God Bless sebagai band Indonesia yang sudah eksis berkarya selama 50 tahun.
Panggung sempat lowong selama beberapa saat saat para musisi orkestra mengambil tempat di bagian belakang panggung. Tohpati sang konduktor masuk terakhir, diiringi tepuk tangan penonton, dan langsung mengambil posisi tepat di belakang perangkat drum.Â
Begitu lampu sorot dinyalakan menerpa sosok Tohpati, tanpa membuang waktu lebih lama, lantunan musik orkestra lembut mulai mengalun, sedikit bernuansa Irish di awal lewat seperangkat alat musik tiup. Logo God Bless 50 Tahun berwarna emas diproyesikan pada layar besar di belakang panggung. Sementara dua layar besar di sisi kanan dan kiri panggung menampilkan animasi visual abstrak yang estetik, sambal ditingkahi permainan lampu warna-warni yang menyorot ke segala penjuru.Â
Saat partitur musik mengalunkan melodi lagu 'Rumah Kita' yang langsung disambut koor penonton, satu persatu personal God Bless menapaki panggung: Fajar Satriatama (Drum), Abadi Soesman (Keyboard), Donny Fattah (Bass) dan Ian Antono (Gitar), yang langsung menghentak lewat intro musik lagu 'Musisi'. Ahmad Albar (Vokal) muncul belakangan dari sisi kanan panggung saat lagu akan memasuki bagian verse. Sontak seluruh penonton kembali riuh ikut bernyanyi bersama.
Mengingat usia personal God Bless (kecuali Fajar) yang sudah tidak lagi muda, secara aksi panggung memang terlihat sangat terbatas, cenderung kalem. Tidak lagi pecicilan seperti layaknya personil band rock pada umumnya. Tetapi permainan musiknya masih sangat garang, termasuk vocal Ahmad Albar yang masih lantang, meskipun tarikan nafasnya di ujung nada sudah tidak sepanjang dulu lagi.
Memasuki lagu kedua yaitu 'Bla Bla Bla', Donny Fattah yang sedang dalam keadaan yang tidak prima karena kondisi kesehatan memilih duduk sambil membetot bass. Layar besar di belakang dan kedua sisi panggung cukup membantu membangun kemeriahan suasana konser dengan menampilkan visual yang sesuai dengan tema lagu. Selanjutnya Donny Fatah digantikan oleh Arya Setiadi.
Ahmad Albar terlihat cukup komunikatif dengan penonton. Pada beberapa jeda lagu, vokalis yang khas dengan rambut kribo dan wajah  ini sesekali menyempatkan diri untuk menyapa dan mengobrol dengan penonton.
Selanjutnya lagu 'Selamat Pagi Indonesia', 'Menjilat Matahari', 'Cermin', 'Maret 1989', 'Balada Sejuta Wajah' berturut-turut mengalun dengan lancar. Suasana damai yang membuat merinding tercipta saat nomor ballad 'Syair Kehidupan' dilantunkan. Semua penonton ikut bernyanyi dengan syahdu dari awal sampai akhir.
Memasuki lagu ke-12 Eet Syahranie mengambil alih panggung. Di bawah sorot lampu panggung, salah satu gitaris rock paling berpengaruh di Indonesia ini langsung unjuk gigi lewat raungan gitar listrik selama beberapa saat yang kemudian berlanjut dengan penampilan Kotak membawakan lagu 'Serigala Jalanan'. Penampilan Kotak sedikit mampu menghidupkan suasana konser dengan tingkah polah masing-masing personal yang cukup aktif dan lincah bergerak ke sana kemari untuk sekedar mem-blocking semua sisi panggung.
Suasana hingar bingar sejenak didinginkan oleh bintang tamu selanjutnya: Kaka, vokalis Slank, yang secara mengejutkan membawakan lagu 'Zakia' yang pernah menjadi polemik di karir Ahmad Albar karena dianggap pembelot musik rock setelah merilis lagu yang bercorak dangdut tersebut. Padahal jika disimak, lagu ini bukan lagu dangdut sembarangan, bahkan bisa dibilang lagu dangdut yang cukup berkelas dengan pilihan nada yang tidak terlalu mendayu-dayu, lebih cenderung ke nuansa Arab daripada India.Â