Mungkin banyak orang berpikir bahwa bekerja di hotel hanya sebatas menjual produk dan jasa. Produk dalam bentuk kamar penginapan, atau jasa dalam bentuk pelayanan & hospitality. Jadi ketika tamu check in, tidak ada masalah dengan rate kamar, deal, registrasi, serah terima kunci kamar, trus sudah...urusan beres!
No, tidak sesederhana itu. Memang sih kadang sesederhana itu, tetapi cuma satu dari sepuluh tamu yang urusannya bisa selancar begitu. In between check in & check out, ada saja tragedi atau drama yang terjadi. Bahkan kadang niat baik kita untuk mengingatkan tamu direspon dengan seruan gembala kepada ternaknya.
Contohnya beberapa waktu yang lalu. Karena miskomunikasi dan kesalahan kecil, tamu saya yang terkenal paling galak sejagad raya meletus di depan saya. Sebenarnya masalahnya gara-gara ditelepon oleh petugas resepsionis untuk mengingatkan jam check out. Kebetulan beliau sedang berada di luar hotel untuk sebuah urusan, jadi resepsionis menelpon ke ponsel beliau untuk memastikan apakah beliau akan check out atau extend (lanjut menginap lagi), mengingat jam sudah menunjukkan batas terakhir jam check out.
Padahal apa susahnya ya menjawab, "Saya check out, sebentar lagi saya datang ambil barang saya dari kamar," atau "Saya jadinya extend saja, tolong kamar saya dibersihkan."Â
Tetapi mungkin karena merasa terganggu ditelepon pihak hotel ke ponselnya, atau apalah yang membuat mood beliau berantakan yang notabene di luar kendali mahluk bumi, maka begitu kembali ke hotel dia langsung melabrak resepsionis dan kemudian minta bertemu dengan saya.
"Kamu tahu siapa saya???" serunya dengan logat Batak yang kental, sambil menunjuk-nunjuk saat berhadapan dengan saya. Bapak yang penampilannya selalu perlente dengan rambut kelimis dan baju rapi. Nafasnya terengah-engah menahan emosi.
"Maaf ya, Pak," jawab saya. Sebenarnya saya ingin melanjutkan kalimat saya dengan "Tapi anda siapa ya, Pak? Aktor? Tukang sulap?", tetapi tidak jadi keluar dari mulut saya. Saya tidak mau dong cari mati, kan katanya jangan melawan api dengan api.
"Jawab dulu. Kamu tahu siapa saya???"
"Tahu, Pak". Saya cari aman, terpaksa berbohong. Padahal sebenarnya dalam hati "Siape sih loe?"
"Nahhh, jangan macam-macam sama saya. Semua orang Jakarta tahu dan kenal siapa saya."
Baik, terima kasih atas informasinya. Mungkin beliau mantan gubernur daerah mana, entahlah. Mungkin DKI Jakarta? Tapi apa iya DKI Jakarta pernah punya gubernur dari orang Batak?
Tetapi sumpah, saya sebenarnya tidak tahu siapa beliau. Saya tahu beliau juga karena udah beberapa kali menginap di hotel ini. 'Kenal-kenal anjing' begitulah istilahnya. Sebatas kenal wajah dan nama, tetapi tidak tahu (dan emang tidak mau tahu) ukuran celananya berapa.
Setelah semua telah berlalu ditelan waktu, saya pun menjadi penasaran, seterkenal apa sih beliau ini? Atau apa saya yang kuper?
Setelah memastikan nama lengkap beliau dari buku registrasi di meja resepsionis, saya pun mengetik namanya di Google. Ada sih profil beberapa orang yang sama dengan namanya, tapi bukan dia orangnya. Nah lho...
Iseng saya ketik nama saya sendiri di Google. Hasil pencariannya bahkan sampai berhalaman-halaman. Lha, ternyata masih jauh lebih terkenal saya dong dibanding dia. Harusnya saya yang bertanya ke beliau, "Kamu tahu saya siapa?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H