Mohon tunggu...
Harrys Simanungkalit
Harrys Simanungkalit Mohon Tunggu... Freelancer - Hotelier

Manusia Biasa Yang Sering Overthinking

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali ke Media Tradisional untuk Mencerdaskan Generasi

16 September 2023   16:24 Diperbarui: 27 September 2023   10:19 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GandhiTechnoWeb.Com

Mentalitas gegar tegnologi ini tidak hanya menyerang warga biasa saja, tetapi juga selebriti. Selebriti yang tidak memiliki keahlian atau bakat, tetapi berhasil menjadi selebriti yang menjadi terkenal karena dihujat satu kelompok masyarakat. Seperti ada prinsip yang dipegang teguh, yaitu: tidak apa-apa terlihat bodoh, yang penting viral dan terkenal.

Beberapa selebriti hasil dari mentalitas ini pun kini mendominasi industri hiburan Indonesia. Hanya dengan berbekal setor tampang di media sosial pribadi masing, melakukan aktivitas konyol atau memperbincangkan hal-hal bodoh, toh mereka punya penonton tersendiri. Karena tidak bisa diingkari bahwa segala hal (baik yang berkualitas, maupun yang tidak berkualitas) selalu ada pasarnya masing-masing. Bahkan market hal-hal yang tidak berkualitas ini tak jarang justru jauh lebih besar. Itu sebabnya konten-konten yang viral dari Indonesia kebanyakan materi yang tidak ada nilainya. Hanya sebatas mencari perhatian, lalu kemudian terlupakan tanpa menyisakan kesan.

Contohnya, seperti perseteruan dua selebriti perempuan yang tidak pernah jelas ujung pangkalnya. Pertikaian yang hanya sebatas balas-balasan komentar dari media sosial masing-masing, tetapi tidak punya nyali untuk menyelesaikannya dengan cara bertatap muka. Menjadikan diri masing-masing seperti layaknya dagelan konyol untuk tontonan warga yang butuh hiburan dalam bentuk keributan.

Atau selebriti transeksual dari sejak kemunculannya sudah memposisikan diri sebagai badut tanpa ciri khas wig kribo, busan gembung dan hidung tomat: eksis hanya untuk menjadi bahan tertawaan. Si selebriti menjadi terkenal karena bolak-balik operasi plastik dan berhalusinasi merasa memiliki rahim dan sel telur.

Mirisnya, media digital memberi panggung kepada selebriti-selebriti tanpa esensi ini. Segala tindak tanduk mereka sering dijadikan menjadi judul berita dengan muatan tulisan yang sangat jauh dari upaya mencerdaskan pembaca.

Media digital juga kerap menurunkan berita dari kalimat pendek seorang selebriti, atau spekulasi berita dari konten berupa foto atau video yang diunggah si selebriti. Menafsirkan sendiri arah kalimat atau pesan yang tersirat dari sebuah foto atau video dengan ulasan panjang lebar tanpa klarifikasi dari si selebriti. Pembaca dibiarkan menghakimi berdasarkan spekulasi dari artikel yang ditayangkan. Toh nanti kalau selebriti yang bersangkutan mengajukan keberatan atas artikel tersebut, artikel yang sudah tayang bisa langsung dihapus, tanpa memikirkan bahwa artikel yang sudah terlanjur tayang sudah keburu tertanam di pikiran pembaca dan dihakimi di media sosial masing-masing. Yang dirugikan jelas si selebriti, sementara media digital menangguk keuntungan.

Media tradisional seperti harian Kompas atau Kompas TV jelas tidak pernah menulis artikel-artikel remeh dengan narasumber selebriti seperti Lucinta Luna atau Bunda Corla di rubrik Nama & Peristiwa. Atau menayangkan rekaman gambar dan video perseteruan Dewi Perssik dengan Nikita Mirzani di Kompas TV. Tetapi ketika berada di ranah media format digital, bahkan media sekaliber Kompas.Com pun sama seperti media sosial & media digital lainnya.

Media sosial dan media digital boleh saja menggilas media cetak. Tetapi selama masih ada kebutuhan untuk mencerdaskan diri, generasi dan bangsa, media tradisional adalah tetap pilihan yang bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun