Mohon tunggu...
Harrys Simanungkalit
Harrys Simanungkalit Mohon Tunggu... Freelancer - Hotelier

Manusia Biasa Yang Sering Overthinking

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Trend Buruk Eksploitasi Anak Ala Artis Indonesia

28 Februari 2022   19:08 Diperbarui: 7 November 2023   22:06 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Privacy is a power. Because people can't ruin what they don't know.

(Hal-hal yang sifatnya pribadi adalah kekuatan. Karena orang lain tidak bisa menyerang apa yang mereka tidak ketahui)

Demikian sebuah ungkapan bijak, yang sebagian besar manusia justu mengabaikannya. Zaman media sosial seperti sekarang ini, orang-orang seperti berlomba untuk mempertontonkan hal-hal yang sifatnya pribadi untuk dilihat banyak orang demi mencari perhatian, viral, popularitas dan uang.

Saat menghadapi masalah di keluarga atau di dunia pekerjaan, orang-orang lebih memilih curhat di media sosial daripada menyelesaikannya di dunia nyata. Alih-alih menemukan solusi, justru menjadi tontonan, bahan gunjingan yang berpotensi semakin memperkeruh suasana, karena orang-orang yang tidak berkepentingan dan tidak kompeten justru malah menjadi kompor yang semakin menyulut konflik. Masalah pribadinya yang tadinya hanya perlu diketahui keluarga, kemudian menjadi masalah yang diketahui orang-orang satu negara.

Artis-artis tanah air tergolong yang paling buruk dalam hal menjunjung tinggi privasi, khususnya privasi kehidupan pribadi, dalam hal ini proteksi terhadap privasi anak.

Dalam hingar-bingar dunia selebriti Indonesia, sudah seperti sebuah budaya buruk & kewajiban untuk selalu mengeksploitasi anak yang baru lahir menjadi konsumsi publik. Bahkan mulai dari proses pernikahan, kelahiran, hingga entah sampai kapan akan berhenti disorot. Untuk mendapatkan uang, popularitas, atau ego semata karena merasa  memiliki kuasa penuh atas hidup si anak, para orangtua ini tega mengekspos kehidupan si anak. Seperti memanfaatkan ketidak-berdayaan si anak yang mumpung belum bisa membuat atau mengkomunikasikan sendiri keputusannya apakah dia setuju kehidupannya menjadi konsumsi publik.

Anak seharusnya diarahkan untuk memiliki kehidupan normal, jauh dari sorotan kamera atau perhatian pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Kecuali pada saat proses tumbuh kembangnya si anak menunjukkan bakat tertentu, pada saat itulah orangtua harusnya bisa mengambil langkah, apakah si anak perlu mendapat sorotan atau perhatian untuk membantu si anak meraih keinginannya.

Bagaimana jika si anak ternyata ingin menjadi orang dengan kehidupan yang normal dengan privasi yang terjaga & terlindungi, tetapi setiap gerak-geriknya selalu menjadi perhatian orang-orang? Bisa jadi situasi tersebut justru akan membuat si anak stres dan depresi. Sebuah orientasi ke depan tentang kehidupan yang luput dari perhatian orangtua yang mengaku sayang anak tetapi justru paling getol mengeksplotasi si buah hati untuk menjadi milik publik.

Seperti kejadian yang beberapa waktu yang lalu, saat seorang figure publik perempuan terlibat kasus video asusila. Sebelumnya si artis sudah sering menampilkan wajah si anak (yang belum ketahuan apa bakatnya) di media elektronik, media cetak, media sosialnya, hingga wajah dan nama si anak sudah dihafal betul oleh masyarakat.  

Entah bagaimana si anak menghadapi teman-temannya di sekolah atau tempat tinggalnya akibat kasus memalukan yang melibatkan sang ibu. Padahal mungkin jika tadinya masyarakat tidak begitu kenal wajah si anak, mereka tentu tidak akan menyadari bahwa si anak adalah anak si artis yang terlibat skandal. Si anak pun relatif aman dari penghakiman masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun