Lakers hanya memberi 9 poin kepada tim tuan rumah, Orlando Magic, pada 12 menit pertama.
Sudah begitu, Lakers juga mendominasi quarter-1 dengan poin fantastis: 22-3. Konon, itu merupakan raihan terbaik Lakers sejak musim 1985-86.
Pada quarter-1 Lakers menutupnya dengan 26-9. Bahkan dengan pongah mimin @Lakers menulisnya begini: Not a typo. Defense was suffocating in the 1st.
Pada pertandingan itu juga LeBron James mencatatkan Triple-double keenamnya musim ini. Fantastis.
Lakers memang menang, hanya saja, kenapa mereka tidak mencapai 100 poin? Pada akhir pertandingan, dalam wawancaranya, LeBron mengatakan, ""I'm happy about the win... but I'm not satisfied with the way we played. We have to be a lot better."
Pernyataan tersebut seakan menggambarkan jalannya pertanding itu. Lakers menang, bahkan pada pertandingan sebelumnya mereka menorehkan sejarah baru dengan 142 poin --tertinggi sejak 2 dekade lalu.
Setidaknya ada 3 catatan yang perlu diperhatian dan tampak sekali pada pertandingan Lakers dan Orlando Magic.
1/
Minimnya long-pass dari LeBron kepada Anthony Davis.
Cara seperti ini, sebenarnya, sudah sering dilakukan Lakers sejak musim lalu. Bahkan bergantian: bisa dimulai oleh LeBron kepada JeVale McGee atau Lonzo Ball kepada LeBron.
Hanya saja, musim ini, skema tersebut bisa berjalan mulus --atau berhasil(?)-- ketika Lakers memiliki Power-Forward sebesar AD. Lakers tidak perlu mewanti-wanti jika bols tersebut direbut dan musuh melakukan fast-break. Bersama LeBron di paint area, masih ada Center yang menemani. Pertahanan tetap bisa diperhitungkan.
Pemain sebesar AD dan kemampuan selevel All-Star NBA (enaknya ditulis inglis nih: NBA All-star's quality) pastinya penjagaan dari point guard bisa dengan mudah AD.
Tonton saja cuplikan-cuplikan Anthony Davis 10 pertadingan terakhir. Membosankan. Selalu seperti itu polanya.
Namun, pada pertandingan melawan Orlando Magic, sulit sekali LeBron melakukan itu. AD sudah di sepertiga-pertahanan lawan, tapi LeBron sudah mendapat penjagaan dan tekanan dari Fourniet.
2/
Orlando Magic memperbaiki cara menyerang pada quarter-2 dengan membiarkan pertahanan seperti awal. Sedangkan sebaliknya, Lakers justru terlihat kendor mengelola pertahanan.
Hasilnya: Lakers 51 - 38 Orlando Magic.
Tim tuan rumah mampu menambah 27 poin, sedangkan Lakers hanya memasukan 25 poin --beda 1 poin dengan quarter-1.
Orlando Magic dengan percaya berani masuk ke paint-area, meski di sana sudah menunggu AD dan JeVale atau Howard.
Semakin minim melakukan lemparan 3-poin. Jikapun terpaksa dan terbuka, pasti pemain yang menunnggu melakukan rebound dengan ukuran yang kecil.
Bukan offensive-rebound yang mereka cari, melainkan defensive-foul karena perebutan bola. Cerdas.
Karena secara bergantian melakukan pelanggaran, akhirnya rotasi pemain dilakukan. Pola pertahanan Lakers berantakan.
3/
Sepertinya benar, masalah Lakers ada pada sedikitnya shooter. Tidak selamanya Danny Green tampil konsisten seperti membuat 2 tembakan 3-point pada setiap quarter. KCP, sampai pertandingan terakhir, masih dipompa kembali mentalitas dan kepercayaan dirinya.
Troy Daniels kurang mendapat menit bermain. Jared Dudley... ah sudahlah. Hanya melempar yang ia bisa. Sekalinya bermain lebih dari 10 menit, ia berkelahi dan dikeluarkan.
LeBon James bisa melakukan segalanya, tapi kelelahan dan penjagaan padanya selalu ketat.
Ini sama seperti kekalahan ketiga Lakers ketika menghadapi Dallas Mavericks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H