Benar saja. Jika memerhatikan bagaimana cara Bertrand Russel menulis, kalimatnya amat padat. Setiap gagasan yang berkembang menjadi kalimat sangatlah ringkas (atau sengaja dibuat ringkas).
Dari buku kumpulan esai Bertrand Russel How I Write, ia mengakui hal tersebut. Setelah mencari bentuk dan gaya kepenulisan kepada penulis-penulis idolanya, Bertrand Russel kembali kepada matematika: asal-muasal latar belakang pendidikannya.
"I had, however, already a different ideal, derived, I suppose, from mathematics," tulisnya dalam buku tersebut.
Lantas, bagaimana menulis dengan gaya yang matematis tersebut?
Bahasa dalam matematika tidaklah membingungkan. Secara struktur amat jelas. Ia tidak perlu memutar-balikan sesuatu yang ingin ditulisnya agar terlihat indah sebagai kalimat.
"Bahasa matematika adalah bahasa yang ringkas, langsung pada tujuan dan tidak mempersulit apa yang sebenarnya mudah," kata Bertrand Russel.
Tolong sampai pada bagian ini, tidak perlu membayangkan soal-soal ujian (cerita) matematika. Namanya ujian, itu memang sengaja dibuat menjebak. Bahasa matematika tidak sama dengan soal ujian matematika.
Caranya sederhana. Bertrand Russel menemukan pola tersebut dari temannya, Logan Pearshall Smith, ketika menulis. Ada dua, yaitu (1) letakkan koma setelah empat kata dan (2) hindari penggunaan kata "dan", kecuali dalam pembukaan kalimat.
Mungkin akan sukar untuk dipraktikan. Tetapi, paling tidak, dalam satu paragraf cukup memenuhi pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung, di antaranya menggunakan satu induk kalimat dan dua anak kalimat. Setelah itu akhiri. Dan terus ulangi pada paragraf-paragraf lainnya.
***
Peang keluar kelas. Kedua terakhir dari teman lainnya karena bisa menjawab beberapa pertanyaan gurunya dan diperbolehkan pulang duluan.