Kereta berjalan menuju Tebet. Tapi, tiba-tiba ada seorang bapak yang bangkit dari tempat duduknya. Saya tahu bapak itu turun di stasiun Duren Kalibata.Â
Ia berjalan melewati saya dan membangunkan bapak-bapak yang tertidur. Kesempatan, pikir saya. Bangkunya kosong. Baru ingin berjalan, tempatnya sudah diambil ibu-ibu. Yha sudaaaah~
Buat apa juga bapak-bapak itu bangun dan membangunkan bapak-bapak yang tengah tidur? Kan, sayang tempat duduknya.
Bapak-bapak tadi menggoyangkan kaki bapak-bapak itu dengan pelan dan sopan. Suaranya tidak terlalu keras, tapi sungguh ingin membangunkan.
"Pak, bukannya biasa turun di stasiun Manggarai?" tanya bapak itu ketika bapak itu akhirnya terbangun.
"Ini di mana?" kata bapak yang dibangunkan, sambil terlihat bingung karena kaget tiba-tiba dibangunkan.
"Mau masuk stasiun Tebet,"
Bapak yang dibangunkan itu menepok jidatnya. Stasiun tujuannya terlewat. Baik sekali, kata saya dalam hati. Mau membangunkan dan mengingatkan penumpang lainnya.Â
Sudah begitu, mau memberi tempat duduknya untuk melakukan itu. Setelah lumayan tersadar, bapak yang dibangunkan tadi berdiri dan turun di stasiun Tebet untuk kemudian berpindah kereta.
Tidak ada yang lebih nyaman dibanding dapat duduk di kereta memang. Tapi, melihat apa yang dilakukan bapak-bapak tadi, saya jadi tahu ada yang lebih besar dari itu: sebagai sesama manusia, sudah menjadi kewajiban untuk saling mengingatkan. Meski itu sedang dalam keadaan nyaman.Â
Pagi itu saya jadi tidak ngantuk dan ingin juga mengingatkan kepada penumpang lain: kalau cuma mau main sabak, berdiri saja!