Sejak eksklusif banyak dipahami sebagai "yang pertama" dan "satu-satunya", maka "yang khusus" menjadi tampak biasa sahaja; bahkan cenderung membosankan. Tentu banyak faktor penyebabnya. Namun yang kerap terjadi adalah karena pelebelan orisinalitas. Semua yang (tampak) baru akan dilabeli "Ori". Seakan di dunia ini tidak pernah ada yang melakukan itu dan/atau telah sebelumnya.
***
Cara termudah untuk menjadi penulis, kata Bertrand Russel, adalah dengan menyalin teknik dan gaya penulisan para penulis yang sudah terbukti. Sebagai penerima Nobel Kesusastraan 1950, Bertrand Russel benar-benar mengagumi tulisan John Stuart Mill. Ia tidak hanya mengagumi, tetapi sungguh ingin menjadi seperi John Stuart Mill itu sendiri. Segala cara ia gunakan. Dan yang termudah, tentu saja, menirunya.
Apakah yang dilakukan Bertrand Russel benar? Atau, bisa dibenarkan? Saya rasa, yha. Memang siapa berhak melarang?
***
Pernah satu waktu di lini masa twitter seorang penulis memberi cara-cara teknik kepenulisan. Ada tiga jumlahnya, (1) menyalin ulang naskah tulisan seseorang dengan utuh. Tidak hanya satu kali, melainkan berkali-kali. Selanjutnya, (2) menghilangkan beberapa bagian dalam cerita yang telah disalin ulang, lalu menambahinya sendiri sesuai keinginan. Dan yang terakhir, (3) tentu sama seperti apa yang dilakukan Bertrand Russel; menyalin teknik dan gaya penulisan para penulis yang sudah terbukti.
Ketiganya barangkali sudah pernah kau lakukan. Bahkan secara sadar atau tidak, masih kau terapkan. Alamiah. Seperti begitu saja terjadi dari alam bawah sadar kau sendiri.
Kembali dari apa yang Bertrand Russel lakukan, akhirnya ia  sendiri pun jenuh dan jengah. Hingga pada suatu ketika ia sadar: bahwa cara semacam itu sebagai ketidaktulusan hati dan berbahaya.
Pada akhirnya Bertrand Rhssel kembali pada "dirinya  sendiri" sebagai matematikawan. Sebelum meraih nobel sastra, Ia dikenal sebagai matematikawan yang sudah menulis beberapa buku tebal ilmu eksaksta itu. Bertrand Russel menemukan sendiri bentuk kepenulisan pada matematika. Bahasa matematika, menurutnya, adalah bentuk kesederhanaan dan tidak njelimet. Bahasa matematika adalah bahasa yang ringkas, langsung pada tujuan dan tidak mempersulit apa yang sebenarnya mudah.
Jadi, akan sangat wajar, bila kemudian Bertrand Russel mendapat hadiah nobel kesusastraan tahun 1950 atas tulisan-tulisannya yang menjunjung tinggi prinsip kemerdekaan berpendapat dan berpikir. Matematika membuka jalan pada serial karya-karyanya.
***