Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Mz Puthut EA

8 September 2017   01:25 Diperbarui: 8 September 2017   22:05 3889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel "Cinta Tak Pernah Tepat Waktu", menceritakan tentang kehidupan detektif partikelir. Aku kira mz Puthut EA sudah menjelaskannya dari A-Z. Bisa jadi karena pengalaman. Bisa jadi karangan dari curhatan seorang teman. Entah. Aku selalu berusaha memisahkan kehidupan nyata si penulis dengan karyanya!

Begini. Toh, kalaupun ada kaitannya, paling tidak itu akan membantu dalam penguatan emosi dalam cerita. Selebihnya, aku kira, riset terhadap detektif partikelir perlu diacungi jempol.

Sebentar, sebelum lebih lanjut, ada yang tahu istilah detektif partikelir, kan? Kalau belum, sila googling sendiri. Atawa tanya-tanya Kompasianer senior, mereka pasti paham (atau malahan pernah/masih menjalaninya).

Jika batang tubuh cerita novel tersebut adalah kisah detektif partikelir, maka pencarian cintanya adalah konflik yang selalu dijaga. Hebatnya, konflik tersebut oleh mz Puthut EA dibangun, lalu dihancurkan. Ada dua fragmen yang aku suka: kisahnya perjodohannya dengan mb Sarah dan mimpi ketika sudah punya istri.

Perjodohan dengan Mb Sarah, aku kira, karakter Ibu dalam tokoh itu yang menarik. Ia, sebagaimana Ibu lainnya, menginginkan anak semata wayangnya menikah dan punya menantu dan punya cucu. Dengan semena-mena juga mz Puthut menghadirkan Mb Sarah --yang dalam bayanganku adalah karakter Sarah dalam film Si Doel: pintar, kaya dan jomblo. Cerita dibangun bagaimana Mb Sarah amat dekat dengan Ibunya dan si Aku dalam cerita itu dibuat cemburu buta: bahwa kasih sayang Ibu kepadanya mendua. Kalau boleh meminjam isitilah yang digunakan mz Puthut EA, mengambil eksistensi si Aku di rumahnya sendiri. Kemudian fragmen itu ditutup dengan manis betul: menaruh secarik kertas pesan di saku jaket. Ah!

Sedangkan ketika bermimpi sudah beristri, aku senang premis-premis yang disajikan mz Puthut EA. Tentang kebiasaan berbelanja sampai cara suami - istri memikirkan hal-hal remeh, tapi penting: memasak, misalnya.

Dari perkara mesin ATM yang hanya menyediakan pecahan 50ribu, bagi mereka, itu hal yang mempu mengubah pola belanja. Bayangkan! Ternyata itu penting lho.

Nah, yang terasa amat aktuil hingga kini, bagiku, adalah keresahan-keresahan mz Puthut EA tentang detektif partikel ini. Bukan perkara susah mencari jodoh atawa susah move-on, melainkan pertanyaan besar yang coba mz Puthut EA ejawantahkan: adakah jika kamu seorang detektif partikelir mampu menjalani hidup berumah tangga? Berdua dan beranak pinak setelahnya. 

Selain karena penghasilan yang tidak menentu, tapi di sisi lain biaya hidup terus menerus naik. Sudah begitu pajak penulis yang tinggi kian merongrong. Novel "Cinta Tak Pernah Tepat Waktu" menegaskan tentang betapa nikmatnya tersika untuk terus bertahan setia. Jadi, berminat jadi detektif partikelir?

RS. Bina Husada, 8 Sept' 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun