Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Voli Tarkam yang Menggairahkan

13 Agustus 2017   12:18 Diperbarui: 16 Agustus 2017   13:58 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak Indonesia kalah dari Jepang pada babak 8 besar Asian Cup 2017, saya jadi tahu: jika ingin menang, tidak bisa hanya bermodal semangat. Gara-gara pertandingan itu yang akhirnya bisa membuat saya mengganti saluran tivi dan menonton yang lain. Pedahal saya sudah menunggunya sedari siang.

Bisa saja jelaskan walau tidak detil. Begini. Sampai pada set kedua, pemain Jepang bisa leluasa melakukan serangan. Bisa leluasa itu maksudnya pemain Indonesia minim --jika ingin tidak dikatakan membiarkan-- melakukan pertahanan. 3 pemain depan seakan tidak mampu membaca pola serangan jepang. Hasilnya, seperti yang tadi saya katakan: pemain Jepang bisa leluasa melakukan serangan.

Poin demi poin bertambah untuk jepang. Pemain libero Indonesia jadi kualahan. Menerima dan menahan serangan jepang seorang diri. Nasibnya tak ayal jomblo di malam minggu: messake.

***

Lapangan voli selalu punya arti, setidaknya bagi saya sendiri. Apalagi setiap ada pertandingan voli, khusus untuk yang tinggal di komplek dan tidak punya lapangan sepakbola yang memadai, adalah magnet tersendiri. Orang-orang dengan sendirinya berkumpul. Kenal atau tidak. Ada yang sekadar datang menonton, ada yang malu-malu ingin diajak main sampai beberapa pedagang memarkir gerobaknya.

Perlu diketahui, komplek saya dihimpit oleh kampung dan perumahan abri. Jadi mereka-mereka inilah tamu-tamu tak diundang yang sering datang. Saya sendiri belajar banyak dari mereka cara bermain voli. Belajar yang baik memang mesti langsung dipraktikan.

Oia, entah kenapa ABRI pada jago maen voli. Setidaknya ketika nyemes dan nyerpen keras sekali. Terlintas dipikiran: kenapa timnas voli (putra) Indonesia tidak pakai jasa mereka? Mungpung ABRI sibuknya hanya tiap jumat pagi; bersih-bersih pekarangan kantor mereka.

***

Gambar dari Diah Permatasari (@KaTar_14)
Gambar dari Diah Permatasari (@KaTar_14)
Voli tarkam (istilahnya, antar-kampung) itu seru. Walau sekadar main-main-cari-keringat, voli tarkam adalah anomali dari voli profesional. Misal kamu suka saksikan Pro-Liga, voli tarkam jauh lebih seru. Selalu ada tawa ketika nyerpen gagal, nyemes yang melambung jauh ke luar lapangan, tidak mementingkan block sebagai sistem pertahanan pertama --dan utama. Malah ada yang mukanya kena smash ketika coba-coba melakukan block bisa menghasilkan tawa yang petjah!

Namun ada juga yang level memalukannya setara dengan "dikolongin" dalam sepakbola: ketika seseorang gagal menerima smash dan mengenai kepalanya. Itu malunya masyaallah banget. Muka jadi berlipat merah: karena malu dan terkena cemesan.

Atawa, ada lagi yang lain yang menarik. Peran libero itu setidaknya tidak begitu penting-penting amat di voli tarkam. Libero itu saya anggap penting, jika menonton pertandingan voli profesional. Ia adalah awal mula serangan. Jika libero bisa menahan lawan yang nyerpen, maka variasi serangan bisa dilakukan. Contoh: timnas Jepang saat mengalahkan Indonesia. Dan itu, akan berbanding terbalik dengan voli tarkam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun