Akan tiba satu masa: merasa bingung setelah melakukan segala aktivitas di hari lebaran, seperti, silaturahmi dengan sanak-saudara; membalas semua pesan ucapan maaf-maafan; dan kekenyangan menyantap ketupan dan opor ayam. Itupun minus pertanyaan-pertanyaan getir yang kalian sudah tahu arah dan tujuannya semisal: kapan nikah?
Pada masa seperti itulah kamu jadi berharap ada kegiatan-kegiatan kecil yang, setidaknya mampu, menyelamatkanmu dari hari yang berbahagia itu. Saya bukan ingin memberi kiat-kiat semacam itu. Bukan juga menasihati kamu untuk segera cari pasangan agar supaya terselamatkan dari pertanyaan-pertanyaan "menjurus" itu. Saya hanya ingin sekedar memberi kamu alternatif-alternatif bacaan yang saya anggap bagus dan semoga bisa membuat hari yang bahagia ini menjadi benar-benar bahagia.
Paling tidak ada 6 buku (tipis). Apa itu cukup? Semoga. Semoga kalian suka dan semoga kalian berkenan membacanya satu per-satu.
***
1. Ibu Pergi ke Surga, Sitor Situmorang.
Cerita-ceritanya sangat sureal. Kita dipaksa menerima sesuatu yang surealis sebagai suatu kewajaran. Pertemuan dengan seorang perempuan yang sebenarnya sudah mati, tapi sebenarnya perempuan itu tak pernah ada. Kemudian Sitor menutup cerpen itu dengan manis: Surat kabar yang terjaruh dari tangan. Gadis ternyata tak ada lagi di depanku dan hujan turun lagi.
2. Corat-Coret di Toilet, Eka Kurniawan.
Jika kamu menengok linimasa twitter kemarin, maka kamu akan temui dua aktivis masa reformasi tengah twitwar. Tidak perlu saya beritahu siapa dengan siapa. Yang jelas keduanya (kembali) mengungkit masa-masa di mana tragedi '98 terjadi di Jakarta. Nah, buku kumpulan cerita Corat-Coret di Toilet banyak menggambarkan latar kejadian pada masa itu. Misalnya, cerita Teman Kencan.Â
Ini adalah cerita perihal kehidupan aktivis mahasiswa yang ingin merasakan malam minggu. Itu terjadi setelah banyak yang ia korbankan --kuliah, keluarga dan tentu kekasihnya yang memilih minggat-- demi masa yang lama menjadi mimpi kebanyakan rakyat Indonesia: terjadi reformasi demokrasi. Naasnya, ia seakan mendapat kesedihan yang hakiki: (mantan) kekasihnya telah menikah dan hamil, walau ketika ditemui wajahnya terlihat semakin cantik.