Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

11 Cerita Fiksi(ana) yang Mengganggu Selama 2016

24 Januari 2017   11:11 Diperbarui: 24 Januari 2017   21:46 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: @kulturtava

Yang menurut saya lucu dan selalu disematkan kepada pengarang dari tulisannya: memangnya apa pesan (moral) yang ingin disampaikan dari cerita itu?

Menjadi lucu buat saya karena (pertama) seakan-akan itu adalah tugas wajib seorang pengarang adalah memberi pesan moral dan (kedua) segala yang ditulis mesti ada faedahnya. Lantas tanggung jawab seperti apa seorang pengarang pada pembacanya? Menurut saya lagi, mengajak pembaca supaya kreatif. Pembaca dibuat mencari (atau mengajak mereka membaca semua, dari awal hingga akhir cerita) sendiri apa yang sekiranya penting dan tidak dari karangan tersebut.

Karena saya percaya: tidak ada otoritas tunggal untuk memaknai sebuah tulisan. Ia hidup dari ragam tafsir. Ia bertumbuh dari makna dan berlipat ganda.

Baru sebatas itu pendekatan saya untuk sebuah cerita. Yang kemudian mengganggu saya ketika membacanya. Dan lebih sering gangguan itu berupa bagaimana cara saya mencari orang/karya semacam apa yang disembunyikan pengarang sampai akhirnya bisa menulis semenarik itu. Selalu seperti itu. Entah.

4/

Setidaknya ada 11 cerita (puisi/cerpen) di kanal Fiksiana yang mengganggu saya selama 2016. Saya kumpulkan dengan membagikannya di laman akun sosial media. Sebuah upaya termudah daripada mesti mengandalkan ingatan, bukan?

5/

1. Siapa Namamu, Hugo? – ditulis Adri Wahyono.
2. Malam Jatuh di Samarinda: Menunggu Kau Tua di Kepala – ditulis Andi Wi.
3. Terendam dalam Cairan Biru Langit – ditulis Livia Halim.
4. Pengadilan Kuda – ditulis Sihar EP Sitompul
5. Bunga-bunga Rindu, Rindu-rindu Paras – ditulis Harirotul Fikri
6. Terlahir Sebagai Seseorang yang Tak Pernah Lahir – ditulis Annisa Malchan
7. Braga Stone 1975 – ditulis Bandyoko
8. Kopi dan Tualang Hati – ditulis Khirsna Pabhicara
9. Benturan Kepala di Dinding seperti Ketukan Instrumen Perkusi – ditulis Rai Sukmaning
10. Perempuan Mandalawangi – ditulis Ubay Ananta
11. Kupu-kupu yang Hinggap di Rambut Ibu -- ditulis Fitri Manalu

6/

Saya masih ingat betul, dua malam saya dibuat tidak tidur! Malam itu dikuasai rasa jenuh dan bosan ketika sedang seluyuran di kanal Fiksiana dan saya menemukan cerpen Adri Wahyono Siapa Namamu, Hugo? Ide ceritanya mungkin sederhana, yaitu seorang anak kecil yang suka sepakbola dan mendatangi saudara-saudaranya karena lapar.  Namun caranya mengemas ide itulah yang menarik, seakan membaca cerpen terjemahan. Yang ada di kepala saya setelah membaca itu adalah cerpen Mal Peet “The Socrates Effect”. 

Tidak. Tidak saya temukan sadurannya di mana-mana. Itu cerpen yang sangat bagus, yang dibuat Adri Wahyono. Bagian ini yang saya suka: ketika orang-orang menggunakan istilah untuk memanggil anggota keluarga Hugo "Si Miskin Carliato". Saya kutipkan satu paragraf:

“Ah, istri si miskin Carlito, tentu hari ini keberuntungan sedang ingin datang ke rumah kalian. Tapi rupanya kau ini sungguh keterlaluan, kau suruh Hugo belanja sebanyak itu. Apa kau lupa kalau ia pasti tak bisa membawanya sendiri jika kau suruh ia membeli dua ekor ayam, tiga pon kentang, sekarung gandum, dan rempah-rempah sebanyak itu?” Franco turun dari truk dan mendatangi Gina Carlos yang berdiri di pintu.

Hal serupa juga saya temui di dua cerpen lain: Benturan Kepala di Dinding seperti Ketukan Instrumen Perkusi; Rai Sukmaning dan Pengadilan Kuda; EP Sitompul. Jika cerpen Rai Sukmaning berlatar negeri Italia, sedangkan EP Sitompul, buat saya, amat khas bagaiamana orang-orang Medan bertutur – di sini saya ingat cerpen-cerpen Sitor Situmorang dalam buku Ibu Pergi ke Surga.

7/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun