Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Braga, Jalan Asia-Afrika

29 Desember 2016   04:34 Diperbarui: 29 Desember 2016   04:55 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: @kulturtava

Headline beberapa koran hari ini: seorang perempuan berlari menjelajah sisi bumi dengan keringat yang menetes menjadi kupu-kupu.

Laporan langsung di beberapa tivi: sudah hampir satu bulan perempuan itu berlari dengan badan yang sudah sangat menyedihkan. Kurus dan kering. Tapi setiap keringat menetes dari tubuhnya, kepalanya, keringat itu menjelma kupu-kupu. Kamera dengan jelas merekamnya. Kupu-kupu itu hidup dan lahir dari keringat perempuan itu.

Perempuan itu Imas. Sayang sekali Ewok tidak tahu. Satu bulan lalu, Ewok ditemukan mati di Jalan Asia-Afrika.

2/ Laki-laki itu menunggu dengan sabar sebuah kabar yang bahkan burung saja tidak pernah bawa.

HANYA KEYAKINAN DAN kenangan yang akhirnya membawa Ewok setiap hari, dari sore hingga malam, bernyanyi di cafe itu. Bayarannya tidak seberapa, tapi Ewok dengan setia menjalaninya. Menyanyi saja, tidak peduli ada yang mendengarkan atau tidak. Saat cafe itu sepi atau tidak. Ewok ke sana untuk bernyanyi, memainkan gitarnya.

Gitar yang selalu Ewok mainkan itu punya kisah yang panjang. Tapi biasa saja, hanya saja amat berkesan untuk Ewok. Gitar itu milik Ayahnya. Dibeli dari seorang pengamen yang suka datang ke rumahnya, yang sebelah tangannya tidak ada. Bagaimana memainkan gitar dengan satu tangan? Itulah yang membuat ayahnya Ewok membeli gitar itu. Alasannya pun sederhana:

Ketika siang tengah diguyur hujan, pengamen itu sedang tidak jauh dari rumah ayahnya Ewok. Pengamen itu diajak berteduh di rumah. Ayahnya Ewok membuatkan secangkir teh hangat dan sedikit cemilan yang masih ia punya di dapur. Perbincangan akhirnya dimulai dengan kalimat yang keluar dari mulut pengamen itu, "maukah kau beli gitar ini? Berapa saja, untuk kemudian saya belikan kembali sepetak tanah buat kuburan saya sendiri."

Setelahnya hanya cerita biasa. sebagaimana orang bertamu dan tuan rumah menjamu. Tapi yang membuat menarik adalah ketika si pengamen itu menjawab bagaimana ia memainkan gitarnya: "sebenarnya semua lagu mempunyai nada yang sama, kau hanya cukup meresapinya dan petik senarnya. Jadi saya cukup memetik senarnya sahaja."

Kau mesti bayangkan bagaimana semua lagu ia mainkan. Merdu dan syahdu. Maka beruntunglah yang tidak punya gangguan telinga.

Saat pengamen itu hendak pamit, ayahnya Ewok akhirnya memenuhi permintaan pengamen itu: gitarnya dibeli, walau ia sendiri tidak bisa memainkannya sama sekali. Dan pengamen itu ditemukan mati di bawah pohon randu, setelah bertemu ayahnya Ewok suatu hari.

Gitar adalah cara Ewok mengingat kebaikan ayahnya. Sejak kecil, bukan pendidikan formal yang jadi utama, melainkan bisa bermain gitar sebaik pengamen itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun