Pukul 10 pagi, kami bertanding. Itu pertandingan kedua, setelah kemarinnya mereka berhasil menang mudah. Lawan yang kami hadapi tidak lain tidak bukan: RT sebelah yang sempat pisah. Seru. Seperti yang saya beritahu di awal, ramai yang datang menonton.
Pertandingan dimulai. Penonton riuh. Kami imbang. Setidaknya hasil itu cukup untuk kami lolos ke babak berikut.
Kemarin mereka menang. Begitu juga pagi tadi. Kami di final sore ini. Sayang, RT sebelah gugur. Kami tidak lagi bertemu. Kami punya musuh baru. Lawan baru yang sedang giat-giatnya mengalahkan kami setiap tahun. Juara baru. Mereka selalu berganti bersama kami jadi juara.
Sore ini kami bertanding. Pertandingan final yang telah jadi biasa bagi kami. Walau kami tak lagi bersaing, saya akan selalu ingat, seingat Saut Situmorang pada puisi Hujan dan Memori: "aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat namamu. (...) aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat cintamu, dulu."
Perpustakaan Teras Baca, 31 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H