Ketika tanding antar kelas, baik itu secara resmi lewat sekolah atau secara tarkam dengan taruhan, membuat saya selalu tenang. Kemenangan seakan sudah di tangan, kami hanya cukup bermain sebagai formalitas belaka. Aldo ingin jadi pemain bola, namun kuliah dan pergaulan merusak mimpinya.
Sedang saya, mimpi apa? Apa mimpi saya? Jogja? Ah, sudahlah.
Kadang kalau sedang melamun sendirian, saya mencoba mengingat mimpi saya. Sebab, kata penyair, barang siapa berhasil mengingat mimpi masa kecilnya, niscaya bahagia hidupnya. Mimpi masa kecil butuh dirawat cukup dengan ingat.
Apa mimpi saya? Apa iya Gopah tidak ingin saya menjadi sesuatu begitu?Â
Sedari kecil, Gopah selalu membebaskan saya. Bahasa halusnya: lakukan apa saja asal tidak merugikan orang lain. Kebebasan itukah mimpi saya? Gopah ingin saya bebas memilih apa saja. Tanpa kekangan atau larangan. Sesuatu yang sebenarnya sudah terwujud bertahun-tahun lalu. Hanya saja saya sekarang tengah tersesat di dalamnya.
Perpustakaan Teras Baca, 25 Juli 2016Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H