Saya penakut. Itu saja. Tidak ada alasan klise lain. Barangkali karena saya penakut, jadi saya sama sekali tidak pernah menonton film-film horor; dari Jelangkung sampai Conjuring. Atau, serial KISMIS (Kisah-kisah Misteri) yang tayang setiap malam pukul 10.
Sejak kecil saya selalu mudah berkhayal. Apapun saya khayalkan. Jika sudah membayangkan yang seram-seram, saya susah tidur. Tidak bisa, lebih tepatnya.
Namun, untuk buku-buku horor, saya suka. Sejak kecil saya suka diam-diam membaca buku anggitan Tatang S. Selain karena ceritanya, juga vulgar. Saya membelinya di tukang menjual mainan di SD. Harganya pun terjangkau: lima ratus rupiah. Selesai membaca, buku itu saya buang. Supaya tidak ketahuan.
Saya juga suka cerita-cerita Edgar Allan Poe di kumpulan cerita pendek: Kisah-kisah Tengah Malam. Saya membaca buku itu boleh dapat pinjaman dari Bang Rifky, co-founder stand-up Indo Bogor. Di rumahnya, banyak sekali buku. Tapi waktu itu buku Allan Poe menjadi pilihan saya untuk dipinjam.
Pepustakaab Teras Baca pun memiliki beberapa buku-buku horor. Ada novel tebal sebesar bantal Eka Kurniawan, Cantik Itu Luka. Ada juga majalah-majalah Hidayah. Kurang menakutkan apa coba azab itu? Tapi, ada satu buku horor yang tidak pernah bosan saya pinjam: Serial The Nightmare Room - Liar Liar, anggitan RL. Stine. Novel itu, ah, benar-benar horor a la luar Indonesia: banyak menyajikan kejutan daripada hantu-hantu penuh luka.
Liar-Liar, atau versi terjemahannya menjadi Perangkap Kebohongan, menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Ross Arthur. Is masih sekolah menengah pertama. Satu-satunya yang sering ia lakukan adalah berbohong. Tiada hari tanpa berbohong. Tiap waktu. Tiap melakukan sesuatu.
Ross Arthur berbohong kepada ayahnya karena telah menghancurkan piala Oscar milik rekan bisnis ayahnya. Ia juga berbohong pada guru bahasa inggris karena lupa mengerjakan tugas mengarang. Dan, yang membuatnya seru adalah ketika ia berbohong pada dua perempuan yang menyukainya: Cindy Watson dan Sherma.
Ross Arthur berjanji kepada keduanya untuk pergi bersama di pesta kolam renang temannya, Max. Dan di sanalah semua bermula. Kebohongannya pada Cindy dan Sherma membuat keduanya kesal hingga ia ditenggelamkan di kolam renang. Di kolam renang itu, Ross Arthur tergelincir ke Dunia Paralel tanpa ia menyadarinya.
Petualangan Ross Arthur di dunia pararel sangat mengasyikkan. Dengan penuh humor bercampur menggelikan RL. Stine menuliskannya.
Belakangan, ada buku horor baru yang dipunya Perpustakaan Teras Baca, novel dari Abdullah Harahap: Kolam Darah. Ini adalah novel horor yang bagus, sangat Indonesia. Hantu, pembunuhan dan persetubuhan.
Pengenalan pertama saya pada Abullah Harahap itu dari pembacaan ulang karyanya oleh Eka Kurniawan, Intan Paramadhita dan Urogan, di buku Budak Setan.Â
Yang menarik dari novel Kolam Darah itu, tentang bagaimana memecahkan kasus pembunuhan yang dilakukan hantu.
Pada bagian awal, dijelaskan secara rinci proses pembunuhan itu. Juragan Besar yang terpampang di lukisan, tiba-tiba hidup. Suharyadi, sang Juragan, yang tengah memandangi lukisan itu sambil mencaci Juragan Besar, ayahnya. Juragan Besar terus mengejarnya. Dan pembunuhan terjadi di halaman depan rumahnya. Ketika polisi datang, Suharyadi sudah dalam keadaan dengan keris tertusuk di bagian jantungnya.
Lalu terjadilah pembunuhan-pembunuhan lainnya di rumah itu. Ya, semua mesti mati oleh dendam. Seperti halnya cerita pada film-film horor Indonesia.
Namun, membaca Abullah Harahap adalah membaca perkembangan kesusastraan horor kita. Ia, saya kira, pionir terhadap cerita-cerita horor yang kita nikmati sekarang ini.
Perpustakaan Teras Baca, 2 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H