Rindu duduk dekat jendela kereta. Ia memandang jauh ingatan dan kenangan yang berjalan beriringan yang tertinggal jauh di belakang dengan jenuh. Di luar hujan. Di luar gelap. Rindu memeluk kesedihannya sendiri dengan tangan yang masih bau kamu.
Kereta bergerak cepat. Kenangan silih berganti timbul dan tenggelam dengan lambat. Ingatan menyusul setelahnya, membawa satu tas penuh peristiwa. Rindu masih duduk dekat jendela kereta memandang keluar dengan harap dan sesak.
Malam makin menggigilkan rindu. Ada yang tiba-tiba membuncah dari pundaknya: sepasang sayap yang layu yang tak bisa menerbangkan pilu. Kenangan dan ingatan seperti bayi kembar tapi tak saling tahu siapa yang lahir terlebih dulu.
Sampai tiba waktu rindu, seseorang perempuan telah menunggu di stasiun perhentianmu. Kenangan dan ingatan telah selesai menuliskan ceritanya sendiri. Tak ada rindu dan perempuan itu. Rindu membawa pergi masa lalu.
Perpustakaan Teras Baca, 12 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H