Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Newcastle Kontra Liverpool, Sebuah Laga Amal?

7 Desember 2015   07:44 Diperbarui: 7 Desember 2015   14:08 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi: ©Tweet dari Akun Resmi Liverpool: @LFC"][/caption]Klopp dengan Liverpool, seperti halnya Jokowi dengan kebijakannya atau Setya Novanto dengan rekaman "Papa Minta Saham: tambang emas bagi media massa. Percayalah, memberitakan ketiganya, alhasil oplah atawa pengunjung laman portal akan meningkat tajam.

Saya tidak mengada-ada, tapi tidak juga bisa disebut fakta. Hanya riset asal saja. Sebab dari ketiganya selalu menarik untuk diikuti.

Seperti pertandingan Liverpool yang sudah-sudah, menang lawan Chelsea; juga Man. City; atawa Soton. Klopp dianggap pilihan tepat untuk bisa mengembalikan kejayaan Liverpool... tiga puluh tahun lalu. Saat di mana Livrrpool menjadi tim yang paling merepotkan Man. United, hingga Arsenal.

Saya sungguh penasaran, seperti apa racikan pelatih yang terkenal amat humoris ini? Setidaknya saya hanya bisa menikmati cerita-cerita beliau dari media massa dan tayangan ulangnya di YouTube. Kesibukan sungguh menjengkelkan!

Kali ini tidak! Saya amat ingin melihatnya langsung: dari menit ke menit, dari gol ke gol, dari selebrasinya yang menggebu itu dan yang terpenting melihatnya mengenakan jaket "Garuda Indonesia".

Newcastle United menjadi lawannya. Liverpool seperti di atas angin. Wajar saja, karena Sang Penantang ada di zona degradasi, beberapa tingkat di bawah Chelsea.

Liverpool tanpa diperkuat Coutinho dan Emre Can. Newcantle dengan skuat terbaiknya. Buat saya, ini bukanlah persoalan yang mesti dipusingkan Klopp. Tanpa kedua pemain itu pun Liverpool masih punya stok pemain lain. Apa lagi Klopp suka sekali pemain-pemain muda, seperti Ibe dan Origi; yang tengah pekan lalu mampu mencetak tiga gol.

Berteke? Ah, pemain ini terlalu hebat. Dengan sedikit bantuan Milner, Allen dan Lucas akan mudah untuknya merepotkan pertahanan lawan.

15 pertama, kedua tim ini tidak ada yang menyerang. Kalau pun mendekat kotak pinalti, itu hanya operan pemain bertahan guna memancing pemain lawan keluar dari sarang.

15 menit kedua, saya mulai bosan. Beteke tidak dapat asupan bola dari sisi tengah, maupun kiri dan kanan. Sebaliknya, pemain bertahan Newcastle sibuk membuang bola secara asal ke depan.

15 menit ketiga, tidak ada satupun yang gol. Atau, paling tidak serangan yang membahayakan, yang membuat komentator teriak kehebohan.

Paruh pertama biasa saja.

Entah saat turun minum apa yang dinasihati Klopp pada anak asuhnya, yang jelas sejak paruh kedua dimulai Liverpool tampil menyerang. Menekan. Namun belum ada hasil. Barangkali dari pinggir lapangan Klopp geram, di menit 63 langsung ia menarik dua pemain sekaligus: Benteke dan Firminho. Sebagai pengganti, masuk Sturidge dan Lallana.

Bukan mendapat nasib baik, enam menit berselang malah gawang Mignolet kebobolan. Lewat serangan balik yang cepat, Newcastle menyusuri sisi kiri pertahanan Liverpool yang ditinggal Moreno kala memyerang. Dikirim umpan silang. Di kotak 12 pas sudah menunggu Wijnaldum. Skrtel gagal menghalau. Mignolet..., sudah tidak bisa diharapkan. Dengan sedikit sontekan, Newcastle unggul.

Liverpool benar-benar mendominasi pertandingan. 2/3 lapangan diakuisisi. Masih tanpa gol. Sempat mencoba, namun sayang sudah terlebih dulu offside menurut hakim garis.

Klopp berang! Origi pun akhirnya dimasukkan. Jordon Ibe yang diganti karena tampak tidak perform.

Liverpool masih menyerang. Barangkali kalau pertandingan tidak dibatasi, mereka akan terus menyerang sampai puas kalau bola menyentuh jaring gawang lawan.

90 menit waktu normal Liverpool sama sekali tidak bisa membuat barang satu gol pun. Usaha mereka selalu gagal di kaki pemain bertahan Newcastle yang dipimpin Coloccini. Diberi waktu tambahan lima menit pun Liverpool masih menyerang. Terus.

Sampai pada menit 90+2 mereka lupa bertahan. Sissoko mendapat umpan dari belakang. Moreno mencoba menghadang dengan menyilangkan kaki di antara kedua paha Sissoko, tapi tampaknya itu bukan usaha yang baik. Mudahnya Sissoko melepaskan itu dan berlari seorang diri. Tanpa seorangpun pengawalan, ia kirim bola itu ke kotak pinalti. Pemain bertahan Liverpool sudah tak mampu menjangkau, mereka berharap: untuk kali terakhir Mignolet bekerja sebagai mana mestinya, menghalau laju bola. Sayang, tak semua doa diijabah. Hanya angin yang mampu Mignolet tangkap. Georginio Wijnaldum lebih dulu menyampaikan amanat Sissoko. Bola berjalan pelan, namun pasti ke gawang. Newcastle unggul dua gol atas Liverpool.

Tak lama, wasit meniup pluit panjang. Pertandingan berakhir. St. James Park Stadium bergemuruh. Penonton merayakan kemenangan yang luar biasa dari tim yang tidak biasa. Ada yang berteriak puas, ada juga yang berpelukan --walau mereka sesama jenis.

Di dunia yang lain, Twitter, sebut saja,  tak kalah ramai. Mereka yang mencintai Liverpool, terbiasa menerima kekalahan dengan berlapang dada. Bagi yang tidak, mencoba menambahkan lewat canda atau dalam bahasa kasar: menghina.

Pada keriuhan Twitter kala itu, saya tidak ikut di antara keduanya. Saya hanya mencoba mencari penyebab kekalahan Liverpool. Hingga satu waktu, saya menemukan salah satu cubitan dari akun Twitter resmi Liverpool beberapa tahun lalu: Come on Newcastle!

Mencoba tidak heran dengan itu, maka saya menduga: barangkali ini laga amal. Persahabatan. Ya, sebagai mana sahabat yang saling memberi semangat.

Dari kekalahan ini, saya semakin percaya, bila Klopp memang memiliki selera humor yang tinggi: "If in professional football you don't feel defeats, you don't feel the losses, something is really wrong."

[caption caption="Begini ujar Klopp pasca pertandingan Newcastle vs Liverpool | Sumber: @LFC"]

[/caption]

CommuterLine Manggarai - Bogor, 7 Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun