Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Besok Kita Pacaran!

23 Juli 2015   14:49 Diperbarui: 23 Juli 2015   14:49 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Pacaran, yuk!?”

“Yuk,” jawabmu.

“Hah? Jadi kita...,”

“Ya, tapi gimana kalau kita mulainya besok saja?”

“Boleh juga,”

“Eh, kalau lusa?”

“Gak! Terlalu lama!”

“Maaf, bercanda,”

“Kamu kalau bercanda lucu juga. Bikin takut tahu, engga?”

“Kamu kalau lagi serius juga lucu. Bikin suka.”

“Kamu sama aku lucu, mungkin gak ya nurun ke anak kita?”

“Entah, pacarannya aja baru besok, masa udah mikir nikah, punya anak pula?”

“Ini namanya visoner. Berpikir jangka panjang. Memikirkan masa depan,”

“Ceilah, kayak papan nama kampus-kampus, dong: MASA DEPAN DALAM GENGGAMAN,”

“Siapa yang bilang genggam, sih? Memikirkan. Masa depan cukup dipikirin,”

“Kalau cuma dipikirin, buat apa juga diomongin. Masa depan itu dilakuin,”

“Caranya? Lho, masa ngelakuin masa depan?”

“Ya bisa, dong. Caranya jalanin dari sekarang,”

“Jadi kalau kita mau tahu masa depan anak-anak kita lucu atau engga, mesti dilakuin sakarang? Yuk,”

“Dasar bego!” seraya tangannya menoyor kepala.

“Kok kamu kasar?”

“Soalnya kalau aku cium pasti kamu ketagihan,”

“Kok tahu?”

“Mana ada, sih, yang mau nolak ciuman?”

“Sepertinya ada,”

“Siapa?”

“Bukan siapa, tapi apa. Pohon.”

“Itu bukan nolak, emang gak bisa. Gak ada mulutnya,”

“Oh, iya, ya. Tapi kenapa tumbuhan bisa punya keturunan?”

“Hah?!”

“Kirain udah ngatain bego tuh yang ngomong pinter. Tahunya sama,”

“Gak ada hubungannya,”

“Emang kita yang udah punya hubungan,”

“GAK LUCU!”

“Tapi gak usah senyum-senyum gitu. Ketawa, ya ketawa aja. Kalau lucu, ketawa.”

“Nanti dikira lagi ngeganja; ketawa mulu bawaannya,”

“Nih, ya, kalau mau punya keturunan mesti lebih dulu bercumbu, masa bisa bercumbu kalau gak ciuman dulu. Ye, kan?”

“Auah! Dulu gak masuk waktu pelajaran Biologi Terapan. Lagi sakit. Tipes.”

“Hebat masih inget,”

“Iya, dong, kan dulu cuma kamu yang jenguk. Hujan-hujanan bawa jeruk,”

“Ah, iya. Terus pulang dari rumah kamu yang sakit malah gantian,”

“Terus jeruknya aku titipin ke Mama buat dikasih lagi ke kamu,”

“Tapi waktu itu aku sembuh bukan karena jeruk itu, tapi puisi buatanmu,”

“Puisi? Perasaan aku gak bikinin puisi.”

“Jadi yang bikinin siapa?”

“Entah, mungkin Mama,”

“Emang bisa?”

“Entah,”

“Wuah, sebelas jam lagi udah besok, nih”

“Eh, iya, gak terasa. Masih lama,”

“Sepertinya tadi ada pesan lewat WA. Siapa?”

“Suami. Biasa cuma nanya lagi di mana?”

“Oh! Pulang, yuk. Besok kan kita mau pacaran. Tadi juga anak udah nelpon mulu. Minta ditemenin tidur, katanya. Maklum, Bapaknya lagi dines di luar kota. ”

 

Perpustakaan Teras Baca, 2015 | Sumber Gambar: Patung Liberty dan Senja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun