Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Rindu yang Tak Usai Dilafalkan

18 Maret 2015   18:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi

rindu tak pernah selesai bila dilafalkan.
sebab kita,
memang digandeng waktu, dan akhirnya
menjadi masa silam.

"lalu, buat apa manusia membuat jam?"
tanyamu, "bila masing-masing dari kita
kelak akan berupa ingatan,"

seperti halnya kamu suka kopi;
ketika sedang nikmat menyesap
ternyata hanya hitam pekat yang terlihat
dan sunyi.

ada ruang-ruang di mana kamu tak bisa ranah,
tapi dengan rindu malah
begitu mudah kamu jamah.

maka kenanglah...

kenang saya sebagaimana kamu
sedang sibuk mengganti popok,
atau menina-bobok
putramu; dari lelaki pilihan orang-tuamu itu.

Perpustakaan Teras Baca, 18 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun