"Kalau naskah kau ditolak, jangan berpikir naskah kau jelek. Mungkin si redaktur sedang sakit, jadi tidak sempat membaca dengan teliti. Atau, si redaktur kekurangan halaman untuk memuat tulisan kau sekarang. Jangan pernah merasa tulisan kau jelek, tapi juga bukan berarti sudah bagus sehingga merasa tidak bisa dibikin bagus. Anggap saja jika tulisan kau belum dimuat, maka media itu rugi karena tidak memuat tulisan yang berkualitas tinggi," -- Bang Togar, dalam Novel Ranah 3 Warna, Ahmad Fuadi.
Sumber: Stand-up Indo Bogor Twitpic's
Pagi itu saya datang untuk melihat Bakriyadi di sebuah Acara Tahunan Kampus BSI Bogor, GALAKSI (Gelaran Kreasi dan Seni adalah acara tahunan BSI). Bakriyadi dan Komunitas Stand-up BSI, bagi saya, saat itu adalah tipping point bagi keduanya; Bakriyadi meniti karir di dunia Stand-up Comedy dan Komunitas Stand-up BSI menjaga konsistensi. Sayang, hanya satu yang mampu bertahan: Bakriyadi.
Setibanya di BSI, ternyata suasanya jauh dari yang saya duga sebelumnya. BSI Bogor lebih terlihat ramah, walau mahasiswa BSI di mana-mana sama; nongkrongnya di pinggir jalan semua. Hanya Bakriyadi yang tidak sama: hari itu rambutnya disisir, bajunya wangi, dan seleting celananya belum dinaikan. Barangkali ia ingin mengahargai penampilan perdananya di hadapan public (selain open mic) dengan cara merapihkan penampilan.
Pas giliran Bakriyadi stand-up, semua bersorak. Tepuk tangan meriah mengiringi jalannya ke panggung. Bakriyadi punya improve yang cepat. Saat memegang mic, kata-kata keluar begitu saja dari mulutnya; cepat sekali diproses lewat otak. Dan itu kelebihannya. Kekurangannya? Sebenarnya itu (sangat-amat) tidak terlalu penting, karena malah jadi garing.
Bagi penikmat Stand-up Comedy di Bogor barangkali sudah tidak asing dengan nama "Bakriyadi". Ia adalah satu-satu komika yang rutin (baca: tidak pernah absen) Open Mic. Bayangkan, setiap minggu. Paling beberapa kali tidak sempat datang ke Open Mic, waktu bulan puasa. Entah dengan alasan yang bagaimana, yang saya tahu, semua "diikat" ketika bulan puasa.
Karirnya di stand-up comedy tidaklah secemerlang komika yang lain. Tapi, selama ia berkarir di stand-up comedy, Tuhan pun enggan menghalangi. Ikut beberapa kali lomba stand-up comedy tapi, tidak pernah menang. Sekalinya peringkat tiga, yang juara masih SMA.
Tahun ini Tahun Bakriyadi
Ada dua kompetisi terbesar di Indonesia tahun ini: Street Comedy 4 dan Liga Komunitas Stand-up. Seluruh komunitas ikut meramaikan. Termasuk Bogor. Stand-up Indo Bogor.
Pada Street Comedy 4, Bogor mengirim 3 (tiga) wakilnya untuk babak play-off regional Jabodetabek di CiWalk Episentrum, Jakarta. Bakriyadi salah satunya. Namun seperti yang sudah dituliskan dalam kitab-kitab: Adam dan Hawa turun ke bumi tidak pada di satu tempat yang sama, mereka terpisah. Begitulah nasib Bakriyadi, ia tidak lolos play-off regional Jabodetabek, sedangkan yang lainnya, lolos.
Tapi itu tidaklah seburuk pertandingan-pertandingan beruntun Liverpool; yang tidak pernah menang. Penampilan Bakriyadi di CiWalk meninggalkan kesan yang dalam. Bagaimana tidak, ia tampil sangat pecah. Penonton sampai komika senior terhibur. Barangkali juri lupa atau kehilangan form penilaian Bakriyadi sehingga ia tidak diloloskan.
Pada pengujung tahun ini, Bakriyadi seperti lolos verifikasi. Ia kembali ada di kompetisi stand-up comedy terbesar: Liga Stand-up di Kompas TV. Bersama ketiga komika Bogor (dua di antaranya yang juga ikut di Street Comedy 4); Fajar Nugra, Fazarwarmit, dan Koide Namizo. Di Putaran awal, mereka bertemu dengan komunitas Stand-up Jogja dan menang telak dengan skor: 7 - 1. Yang lebih menarik, Bakriyadi memecahkan rekor di kompetisi itu dengan 44 ketawa kurang dari 5 (lima) menit. Jika cara penghitungan komika profesional itu 1 (satu) 4 (empat) kali ketewa, maka Bakriyadi melebihi itu. Eh, saya yang berlebihan barangkali.
Hari jumat ini, Stand-up Indo Bogor akan bertemu dengan Stand-up Indo Padang (Padang). Entah apa lagi yang diperbuat oleh Bakriyadi. Yang jelas Padang adalah kampung halamannya, karena di Bogor ia hanya sedang main. Main ke Taman Safari, mahal. Main ke Kebun Binatang, mahal. Mungkin yang murah di negeri ini cuma kejujuran.
Palmerah Barat, 27 November 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H