Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penggali Kubur dan Sajaknya

12 Januari 2015   12:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi

1/
Sejak Penggali Kubur itu mengenal sosial media, ia pun ingin menulis sajak
seperti yang lainnya. Sajak tentang kematian yang kelak
(lebih) abadi --dari kematian itu sendiri.

Baginya, semakin dalam kau menggali puisi, maka itu lebih tak kenal dasar dari
menggali tanah. "Tak ada yang bisa tahu betapa dalamnya puisi,
dan kematian, kau tahu, sama abadinya dengan puisi."

Penggali Kubur itu pun, kalau tidak ada kerjaan,
menulis puisi. Tapi, sayang, tak satu pun puisi terselesaikan.

2/
Kematian, dalam benaknya,
ialah, cara Tuhan menjumpai ciptaan-Nya
dengan baik. Seperti larik yang ditulisnya.

3/
Pagi itu ada yang meninggal, seorang perempuan yang mati gantung diri
karena pasangannya selingkuh, oleh cinta, ia merasa dikhianati.
Mayatnya kaku. Lidahnya menjulur keluar. Matanya tak bisa tertutup. Dengan kantuk
Penggali Kubur itu bekerja --setengah hati-- karena ingin menulis puisi.

Maut menjumpai perempuan itu dengan enggan. Malas-malasan.
Kau tahu, dalam kubur nanti, Malaikat pun tidak mau menanyamu
kalau pertemuannya dengan cara bunuh diri seperti ini.

4/
Di dekat gubuknya yang hampir rubuh itu,
Penggali Kubur meniup-niup kertas bekas bungkus goreng tahu
dan segera pergi ke Masjid.

Ia memberi tahu ada yang telah mati,
"siapa?" tanya Marbot itu.
"Umumkan saja," jawabnya.

Telah berpulang ke pangkuan Tuhan,
sebuah puisi dengan 11 baris dan
11 dialog pada pukul 11 malam.

Palmerah Barat, 12 Januari 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun