Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pada Pagi di Stasiun Universitas Indonesia

2 Februari 2015   18:16 Diperbarui: 2 Desember 2015   14:50 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422830908155070041

[caption id="attachment_394434" align="aligncenter" width="558" caption="Dok-Pri"][/caption]buat L,

Saya menulis ini pada pagi di Stasiun Universitas Indonesia. Itu pagi yang ceria: matahari muncul dengan senyumnya yang cerita, orang-orang yang ingin berangkat kerja badannya wangi semua, dan perempuan-perempuan di sana -entah kenapa- seperti terlihat berbeda.

Kau bisa bayangkan, ini Universitas Indonesia, tempat anak-anak SMU dulu saling adu harapan demi alamater kuningnya itu. Sialnya, ada pertanyaan yang malu saya tanyakan; ketika selesai penjaringan, orang-orang terpilih itu, kenapa cantik-cantik semua?

Pintar dan cantik. Kurang apa?

L,

Sungguh jahat bila saya membandingkan kamu dengan mereka. Sebab, jika sekali saja kau bertanya, "cantik aku atau mereka?" Maka pada saat itu pula aku akan berbohong. Tapi bohong padamu pun saya rasa percuma. Kamu terlalu pintar untuk sekedar dibohongi -atau dibodohi- selevel itu.

Ada yang ingin saya ceritakan. Semoga kamu suka.

Tadi malam, sekitar pukul dua, ada yang mengetuk daun jendela kantor. Dari luar. Itu merpati pengantar surat. Di kaki kirinya terikat kertas yang dilipat kecil. Untung saya pernah lihat itu di kumpulan buku dongeng, jadi saya beri merpati itu secuil kue maka ia akan diam dan saya bisa ambil.

Kertas itu dibungkus plastik rupanya. Isinya selarik sajak tentang 'Bangku'.

Bangku itu mulai renta. Cat-catnya sudah mengelupas.
Tapi, kesetiaannya tidak. Berkali-kali hujan dan masuk
angin mengusik, dia tetap setia. Menunggumu.*

Hampir airmata menetes di pipi saya, L. Seperti kamu, dan saya tahu, menunggu itu menyenangkan. Kita sama-sama sepakat ketika dulu menonton Meteor Garden 2. Petani anggur setia menunggu buahnya ranum, dan Shan Cai setia menuggu A Tse siuman. Betapa menyenangkan menunggu itu, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun