Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ebook Nap11-11: Fiksi Atau Tidak, Itu Bukanlah Persoalan

23 Februari 2015   01:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:42 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gambar cover

Terkait buku, entah hanya saya, atau banyak pembaca di Indonesia yang lebih dulu suka menduga sebelum membaca. Apa lagi buku digital? Dugaan-dugaan barangkali lebih banyak daripada isi bukunya.

Saya sendiri lupa, bagaimana runutan ceritanya bisa tiba-tiba mengunduh EBook nap11:11 anggitan SatrioSV. Yang jelas EBook itu telah selesai saya baca. Dua hal yang saya suka dari nap11:11, pertama cover-nya. Dan, yang kedua, pemilihan jenis font-nya.

Saya pikir kedua hal ini penting. Kembali ke kalimat pembuka saya tadi, pembaca lebih suka menduga-duga. SatrioSV membuatnya sedemikian rupa hingga mengingatkan saya pada beberapa kitab-kitab sastra kuno para sastrwan Yunani. Dengan satu warna dasar dan judul saja.

Lalu pemilihan font dalam EBook nap11:11 juga amat tepat. Sebagai pembaca EBook, font yang digunakan memang lebih baik seperti itu (entah calibri atau bukan). Tidaklah menggunakan font yang lancip atau tajam seperti Times New Roman. Alasannya sederhana, karena EBook biasanya dibaca lewat gadget dan dari sana sudah memancarkan cahaya yang tajam. Jadi kalau digunakan font yang tajam pula akan membuat sakit pada mata.

Namun, yang membuat saya kecewa saat masuk halaman pengantar adalah sikap defensif dari si penulis. "Tulisan ini cuma untuk mengisi waktu kosong gw". Kalimat tersebut seakan membuat pembaca disuguhkan sebuah karya yang hanya dibuat ketika waktu yang senggang. Seperti tidak ada keseriusan. Juga, kalimat bertele-tele dari penulis untuk menjelaskan bahwa nap11:11, ialah karya fiksi, "Semua cerita yang tertulis nanti penuh dengan imajinasi. Jadi bukan sesuatu yang nyata."

Dalam hal kepenulisan, di Ebook ini lebih didominasi oleh bahasa lisan, bukan bahasa tulisan. Gaya bahasa demikian memang paling banyak ditemui di blog atau buku-buku diary; yang biasanya hanya dinikmati hanya untuk konsumsi sendiri. Kalimat bahasa lisan bertebaran di setiap halaman dengan ditandai bagaimana cara penulis menarasikan suatu kejadian seperti sedang menceritakan pada teman di warung kopi. Atau, akrab disebut bahasa Prokem.

"Aku akuin itu terdengar aneh untuk mengawali suatu pembicaraan. Kalo kamu cuma menjawab 'IYA', berarti tamatlah sudah. Pembicaraan ini tentu enggak akan bisa berlanjut.…" (Yang Terlewati; Hal, 4)

Sebenarnya tidak jadi masalah bila bahasa-bahasa demikian ada di dalam sebuah percakapan, tapi bukan ada di bagian narasi. Dan, hal semacam ini pula yang akan mengarahkan pada penulisan tanda baca. Titik, koma, titik-koma, dll., dst., dsb.

Halaman EBook ini pun terlampau banyak. Sangat. Untuk ukuran enam cerita, paling tidak hanya ada 24-30 halaman. Sedangkan ini, 142 halaman. Saya pernah diingatkan oleh penulis novel 'Sepatu Dahlan', Daeng Khrisna Pabhicara, bahwa karakter pembaca di Indonesia itu tidak bisa kuat bertahan lama membaca satu judul. Paling tidak, untuk satu judul cukup empat - enam halaman saja.

Terakhir, ada beberapa pengandaian di dalam cerita ini yang mengingatkan saya pada Vicky. Vicky Prasetyo. Hermeneutika Vicky, begitu yang disebut Zen RS dalam esainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun