Mohon tunggu...
Harry Nuriman
Harry Nuriman Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta. CSR & Sustainability. Musik & film.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

TOEFL untuk Sendratari Ramayana

29 September 2014   21:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:02 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tigapuluh lima tahun setelah diberitahu guru SD saya  mengenai pertunjukan Sendratari Ramayana di komplek Candi Prambanan, baru tahun ini saya berkesempatan mampir ke Prambanan dan mencoba menonton, mendengar, dan merasakan ‘the magic evening’ sebagaimana yang dipromosikan dalam brosurnya. Mulai dipentaskan sejak tahun 1961, pertunjukan ini mendapat sambutan yang baik. Tak kurang dari Presiden Soekarno berkomentar,”Ballet Ramayana adalah satu pertjobaan (good effort) untuk membawa seni-pentas Indonesia ketaraf yang lebih tinggi.” Pertunjukan ini juga mendapatkan medali emas pada tahun 2012 dari Pacific Asia Travel Association (PATA).

Sendratari Ramayana dimulai dengan kemenangan Rama dari Ayodya menjuarai kompetisi memperebutkan Sinta. Di hutan Dandaka, Rahwana menculik Sinta dan membawanya ke Alengka. Rama berhasil menyelamatkan Sinta, setelah dibantu balatentara kera yang membuat jembatan menuju Alengka.  Pertempuran terjadi antara para raksasa di kerajaan Alengka melawan Rama yang dibantu para kera. Rahwana tewas dipanah Rama. Sinta kembali bersatu dengan Rama. Tapi Rama meragukan kesucian Sinta. Sinta lalu membakar diri untuk membuktikan kesucian dirinya. Sinta tidak terbakar dan akhirnya mereka bersatu kembali.

Pertunjukan dimulai tepat pukul 19.30 dan berakhir  pukul 21.30. Jika hujan, maka pertunjukan akan dipindahkan ke teater tertutup. Untunglah malam itu langit cerah. Udara sejuk. Tak ada nyamuk. Cocok sekali untuk menikmati pertunjukan kelas dunia. Sepasang pembawa acara mempersilakan para penonton untuk masuk. Saya perhatikan kedua pembawa acara ini cukup bagus. Suaranya enak didengar, kostumnya juga bagus. Kalimat yang disampaikan terdengar jelas dan informatif. Terutama yang pria. Pembawa acara yang wanita juga bagus, cuma beberapa kali keseleo lidah saat menyampaikan informasi dalam Bahasa Inggris.

Ditunjang tata lampu yang bagus, kostum para penari terlihat sangat indah dan terlihat mewah. Riasannya wajah juga keren, terutama riasan para raksasa dan Rahwana. Pemeran Rama dan Sinta terlihat sangat tampan dan cantik. Saya yakin ini hasil seleksi ketat. Gerakan para penari sangat halus dan menawan. Secara khusus saya ingin memberikan pujian untuk penari yang memerankan Marica (Cakil?). Gerakannya luar biasa. Tangannya bisa lentur berputar-putar dan dagunya yang panjang kerap bergerak naik turun.

Yang bagi saya agak mengganggu adalah tulisan di layar proyektor di kiri dan kanan panggung. Tulisannya cukup besar, terbaca jelas dan tidak mengganggu jalannya pertunjukan. Tapi teks yang ditampilkan sungguh kacau. Jangankan Bahasa Inggrisnya, Bahasa Indonesianya saja tidak sesuai dengan kaidah. Saya berikan beberapa contoh: “Trijata menasihati Rahwana untuk tidak melakukannya, dia berjanji akan menjaga Shinta” atau  ”Hanuman menyanyikan kidung untuk Shinta dan Trijata menghampirinya untuk mendekat Shinta”.  Contoh pertama seharusnya tidak dipaksakan menjadi satu kalimat. Contoh kedua seharusnya ‘mendekati’.

Contoh lebih parah ada pada teks berikut ini. “Dengan bantuan dewa api dan berkat kesuciaannya Shinta dapat membuktikan permintaan Rama”.  Kesalahan yang tidak perlu seperti salah ketik dewa api (seharusnya Dewa Api) dan kesuciaannya (seharusnya kesuciannya, satu -a) tidak akan saya permasalahkan di sini. Mengapa Shinta perlu membuktikan permintaan Rama? Permintaan itu seharusnya dipenuhi, bukan dibuktikan. Yang perlu dibuktikan adalah kekhawatiran atau keragu-raguan. Jadi mungkin kalimatnya bisa diubah menjadi “… Shinta dapat menghapus keraguan Rama mengenai kesucian dirinya”.

1411975718216668273
1411975718216668273

Yang versi Bahasa Inggris lebih kacau lagi. Misalnya “Hanuman wakes guardians up, and they fights Hanuman” (seharusnya ‘they fight’).  “Indrajit (son of Rawana) arrives for help them, Hanuman is arrested by him to give Rawana” (seharusnya dijadikan dua kalimat: Indrajit arrives to help them. He arrests Hanuman and give him to Rawana).

[caption id="attachment_362508" align="aligncenter" width="551" caption="Ramayana Ballet - Grammatically incorrect"]

141197545470397731
141197545470397731
[/caption]

Contoh lain, “His supernatural power makes he is not dead, and he burns down the whole palace of Alengka”. Mungkin sebaiknya “Hanuman cannot be killed because of his supernatural power. He then burns down the whole palace of Alengka”. Lucunya di layar Bahasa Indonesia, terjemahannya adalah “Karena kesaktiannya Hanuman tidak mati, bahkan dia membakar seluruh kerajaan Alengka”.  Lho, yang dibakar itu istana Alengka (the whole palace) atau seluruh kerajaan Alengka (the whole kingdom)?

14119755852144406389
14119755852144406389

Hal lain yang perlu diperbaiki adalah konsistensi penyebutan nama tokoh: Ravana, Rawana, atau Rahwana? Sinta atau Shinta? Hanoman atau Hanuman? Indrajid atau Indrajit? Dalam lembar programa yang berisi sinopsis, kesalahan tata bahasa berhamburan dari awal sampai akhir. Sampai malu saya membacanya.

Ini pertunjukan kelas dunia. Jadi segala sesuatunya sebaiknya mengikuti standar internasional. Sayang kalau semuanya bagus, tapi kemampuan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggrisnya bikin malu. Mungkinkah para pembawa acara dan para pendukung pertunjukan lain perlu mengikuti tes kemampuan berbahasa macam TOEFL (Test of English as a Foreign Language)? TOEFL ini biasanya disyaratkan untuk para pelajar yang ingin bersekolah di luar negeri. Saya kira tidak ada salahnya para pendukung pertunjukan kelas dunia macam Sendratari Ramayana membekali diri mereka dengan kemampuan berbahasa Indonesia dan Inggris yang standar.

Saya merasa sangat puas bisa berkesempatan menyaksikan pertunjukan ini. Sebelumnya saya hanya mengetahui garis besar kisahnya saja, bahwa Sinta diculik Rahwana, dan Rama membebaskannya. Tanpa dialog, sendratari ini berhasil menyampaikan garis besar kisah Rama dan Sinta secara jelas dan menarik. Suatu hal yang patut diacungi jempol.

Di negeri ini banyak sekali cerita rakyat atau legenda, bahkan mitos yang beredar di setiap provinsi atau suku bangsa. Hanya beberapa suku dan provinsi saja yang mengangkat cerita rakyat mereka menjadi pertunjukan kelas dunia dengan latar belakang keindahan alam dan memanfaatkan teknologi seni pertunjukan. Alangkah hebatnya kalau di setiap provinsi ada pertunjukan macam Sendratari Ramayana di Prambanan, Yogyakarta atau Tari Kecak di Uluwatu, Bali. Misalnya Sendratari Sangkuriang dengan latar belakang Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, atau Legenda Malin Kundang di Pantai Air Manis di Padang.  Tentu saja selain kualitas pertunjukannya harus bagus, bahasa Indonesia dan bahasa Inggrisnya juga tidak bikin malu.

Anda yang berminat menyaksikan pertunjukan ini, saya sarankan untuk memilih waktu saat bulan purnama. Jangan lupa untuk memeriksa ramalan cuaca, karena pertunjukan ini tampaknya lebih bagus dinikmati di luar ruangan sambil menikmati malam dan mengagumi indahnya Candi Prambanan di kejauhan.

1411976112701652660
1411976112701652660

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun