Mohon tunggu...
Harry Leaks
Harry Leaks Mohon Tunggu... Jurnalis - Narasi@Banyuwangi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tajam dan Terpercaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mbedah Bumi Ritual Adat Suku Osing Banyuwangi

8 April 2021   11:34 Diperbarui: 8 April 2021   15:46 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyuwangi - Sebelum di mulainya pengerjaan perbaikan saluran irigasi yang berada di Dusun Kejoyo Desa Tambong Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, puluhan warga menggelar ritual Mbedah Bumi di saluran Poncowati, Kamis (8/4/2021). Ritual adat warisan suku asli Banyuwangi (Osing) ini, kembali dihidupkan sebagai upaya nguri-uri budaya leluhur yang sudah lama mati dan tidak pernah dilaksanakan lagi karena tergerus oleh modernisasi global.

Ritual Mbedah Bumi merupakan bentuk kearifan lokal dari suku Osing dalam mengawali proses pembukaan lahan. Dengan digelarnya ritual ini, masyarakat menyakini bahwa kegiatan pengerjaan pembangunan sarana irigasi mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa, dan terhindar dari segala bentuk gangguan.

Dokpri
Dokpri

Sama seperti jalannya ritual pada umumnya, ritual Mbedah Bumi kali ini juga menyediakan beberapa sajian khas selametan suku Osing. Hidangan ritual pada prosesi ini adalah Tumpeng Pecel Pitik. Setelah doa dipanjatkan, puncak dari tumpeng dipotong sedikit dan kemudian diletakkan di wadah dari daun pisang (Takir) bersama dengan bagian kaki (Ceker), sayap (Telampikan), kepala, dan bagian ekor (Berutu) ayam yang sudah dibakar. Wadah berisi makanan tersebut kemudian diletakkan di saluran air utama bersama dengan kemenyan yang dibakar. Setelah itu, peserta prosesi memakan tumpeng pecel pitik bersama-sama sebelum akhirnya para pekerja masuk ke badan sungai untuk membersihkan saluran irigasi utama, yang menandai awal dari kegiatan.

Menurut Slamet Kurniawan, jalannya ritual kali ini merupakan suatu kewajiban dalam pelestarian weluri dikala akan membuka lahan atau tanah. Ritual adat istiadat yang di wariskan turun temurun oleh leluhur di Banyuwangi ini, tidak lagi banyak dilakukan. Dirinya bersama Limo Pendowo berharap ritual atau selametan ini merupakan bukti konsentrasi penuh atas pekerjaan dengan segala prosesinya.

"Kami percaya sebagai bentuk penghormatan kita, serta ungkapan syukur atas ridho keselamatan yang diberikan oleh Allah SWT. Kami berharap pekerjaan ini akan lancar, sukses, dan berkah," pungkas pria asal Desa Kemiren yang akrab di panggil Nike ini.

Dokpri
Dokpri

Prosesi ritual Mbedah Bumi kali ini turut di hadiri perwakilan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Banyuwangi, dan perwakilan dari Pemerintah Desa setempat. (Harry Leaks)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun