Makanan yang memiliki beragam merk yang tersebar di Indonesia hingga mancanegara ini nampaknya bisa menggeser posisi nasi sebagai makanan pokok sehari-hari anak rantau.Â
Tidak semua memang, tapi kebanyakan anak kost (yang saya kenal) mengaku dapat mengonsumsi mie instan lebih banyak jumlahnya dari pada konsumsi nasi dalam satu bulan.
Dalam seminggu, konsumsi mie instan bisa dilakukan setiap hari. Kecuali jika memang sedang rajin masak atau ingin makan lauk pauk yang lain, maka kegiatan makan mie tidak dilakukan.Â
Padahal, penelitian yang pernah dilakukan oleh ahli, batas konsumsi mie instan dalam seminggu haruslah satu atau dua kali saja. Bahkan ada ahli yang menyarankan untuk konsumsi mie instan hanya sebanyak satu atau dua kali dalam sebulan.
Ada pula ahli yang menyarankan bahwa jika ingin mengonsumsi mie instan setiap minggu, kombinasikanlah dengan sayur-sayuran dan buah-buahan agar asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh dapat tercukupi.
Alasannya karena dibandingkan dengan nutrisi, makanan tersebut lebih banyak mengandung kalori. Asupan kalori yang berlebihan akan mendatangkan berbagai gangguan seperti tekanan darah tinggi, obesitas, sampai penyakit jantung.
Selain itu, karena adanya bahan pengawet dan zat kimia yang terkandung di dalamnya, jika dikonsumsi secara berlebihan maka dapat meningkatkan risiko terjadinya beragam penyakit. Contohnya seperti kanker, kerusakan hati, batu ginjal, gangguan sistem pencernaan, kencing manis, serta kerusakan jaringan otak.
Uraian di atas dapat dibagaikan seperti hate relationship yang mengakibatkan salah satu pihak mengalami efek negatif. Dan pihak yang dirugikan adalah mereka yang terlalu cinta pada konsumsi mie instan. Waktu, tenaga, uang yang diberikan pada makanan ini dapat berbalik mendatangkan berbagai gangguan tubuh jika tidak diatur secara cukup.
Seperti love hate relationship, kehidupan anak rantau dan konsumsi mie instan adalah hubungan yang perlu diatur dengan baik. Dengan begitu, rasa lezatnya mie instan masih tetap dapat dinikmati, tapi kondisi kesehatan kita juga dapat terjaga dengan baik.
Referensi: Satu Persen; Kontan; DetikHealth
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H