Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Secangkir Kopi Bersama Kenangan Selat Capalulu dan Pelayanan Kesehatan di Dofa, Maluku Utara

29 Juni 2022   12:34 Diperbarui: 29 Juni 2022   13:40 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, Rizal baru saja selesai berolahraga di lapangan sekitar tempat tinggalnya yang baru. Sejak beberapa bulan lalu, pemuda yang bernama lengkap Ryzhaldy Kapitan tersebut mulai bertugas di salah satu Puskesmas di Ambon. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat yang bertugas melalui program Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan, sudah pasti banyak permasalahan kesehatan yang menanti untuk diatasi.

Ditemani secangkir kopi sore, Rizal duduk di depan teras sembari memperhatikan aktivitas warga. Ada yang baru pulang dari kebun, ada yang baru pulang dari pantai, ada yang sedang berjalan santai, dan ada yang bercengkrama bersama tetangga.

Rizal sepertinya sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dibenaknya, sudah muncul beberapa strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan di tempat yang baru ini. Ia juga mengingat kembali pelajaran yang didapatkannya saat bertugas di tempat sebelumnya. Lamunannya tiba-tiba dibuyarkan oleh seorang pemuda yang sudah akrab bersamanya sejak Rizal menginjakkan kaki di Ambon.

"Ada melamun apa, kaka Rizal?" tanyanya mengagetkan Rizal.

"Haduh, beta kaget. Tidak, ini lagi duduk-duduk santai saja sambil ingat cerita di beta punya tempat tugas sebelumnya," jawab Rizal.

"Eh ia, ini kaka Rizal punya tempat tugas kedua ya? Sebelumnya tugas dimana?"

Pertanyaan itu membuat hampir seluruh memorinya yang sedari tadi sedang digali kembali seolah keluar dengan sendirinya dan siap untuk diceritakan. Rizal sebelumnya bertugas di Puskesmas Dofa, Desa Dofa, Kecamatan Mangoli Barat, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara.

Tempat yang selama dua tahun dilayaninya tersebut memberi banyak kesan baginya yang waktu itu baru pertama kalinya menjadi tenaga kesmas di wilayah terpencil melalui program Nusantara Sehat.

Untuk sampai di Kabupaten Kepulauan Sula, jarak yang ditempuh dari Ibu kota Provinsi Maluku Utara adalah selama satu malam perjalanan menggunakan kapal. Kemudian, untuk pergi ke Desa Dofa, dibutuhkan waktu selama 5 jam perjalanan lagi dengan kapal, disambung 10 menit perjalanan darat dengan motor atau mobil.

Dok. Kaka Rizal
Dok. Kaka Rizal

Wilayah kerja Puskesmas Dofa memiliki tujuh wilayah kerja yakni empat desa yang dapat dijangkau dengan transportasi darat dan tiga desa yang hanya bisa dijangkau menggunakan transportasi laut seperti speedboat. Di kedua wilayah tersebut (baik yang menggunakan transportasi darat dan laut), belum terdapat listrik. Karenanya, masyarakat masih bergantung pada genset atau tenaga surya untuk membantu penerangan.

Sementara itu, beruntung karena pasokan air bagi masyarakat sudah dapat tercukupi berkat adanya kerja sama lintas sektor dari berbagai pihak. Ketersediaan makananpun sudah cukup beragam dengan pemanfaatan kekayaan laut dan kebun-kebun yang ada. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan petani. Namun, diakui bahwa masih terdapat beberapa desa dengan tingkat ekonomi rendah.

Selama bertugas di sana, bisa dibilang Rizal dan para rekannya sering kali harus mempertaruhkan nyawa guna memberikan layanan kesehatan pada semua warga. Alasannya karena wilayah tersebut memiliki selat Capalulu yang terkenal sebagai selat dengan arus terkuat di Indonesia. Arusnya yang membentuk pusaran air yang berputar-putar di berbagai titik memang sangat membahayakan orang-orang yang hendak berlayar di antara pulau Mangoli dan pulau Taliabu, di Kabupaten Kepulauan Sula.

"Waduh, lumayan sulit juga eeh bertugas di sana. Untung Tuhan jaga, kalau tidak bahaya sekali itu," sambung pemuda yang sedari tadi memperhatikan Rizal bercerita.

"Hahaha, ia. Semua karena perlindungan Tuhan saja," Rizal mengamini.

"Terus, bagaimana saat turun bertugas di sana sebagai tenaga kesehatan? Pasti susah sekali eeh?" tanyanya lagi.

Rizal pun lalu melanjutkan cerita yang seperti mengalir keluar dari memori di kepalanya dengan deras. Dengan menggebu dan bersemangat nakes lulusan FKM Undana Kupang tahun 2016 tersebut mendeskripsikan pengalaman berharganya itu.

Dok. Kaka Rizal
Dok. Kaka Rizal

Cerita yang masih begitu erat melekat di benaknya adalah saat harus berkeliling tiga desa yang perlu dijangkau dengan menggunakan speedboat. Untuk pergi ke ketiga desa itu, mereka perlu berangkat jam 6 pagi tepat. Jalur selat Capalulu yang begitu menantang harus diterjang demi memberi pelayanan kesehatan yang maksimal bagi semua warga.

Bahkan, kadang kala ketiga desa tersebut dikelilingi mereka hanya dalam waktu satu hari saja dari seharusnya memakan waktu lebih dari itu. Alasannya adalah ketersediaan bahan bakar transportasi yang bisa tidak ada sewaktu-waktu, serta cuaca yang ekstrim. Karena itu, jika waktu yang ada tidak digunakan sebaik-baiknya, pelayanan kesehatan di ketiga desa tersebut bisa saja tidak dapat dilaksanakan.

"Ada satu kejadian yang mungkin tidak akan pernah kami lupakan. Ketika pergi memberikan pelayanan Kesehatan di tiga desa melewati selat Capalulu, saat saya bersama teman-teman nakes pergi memberikan pelayanan kesehatan, cuaca di laut dan arus terlihat kurang baik," ungkap Rizal.

"Wah, cukup bahaya juga eehh kalau begitu. Hebat kalian masih berani sekali untuk tetap bertugas," Pemuda tersebut menanggapi.

"Ketika selesai memberikan pelayanan kesehatan dan harus kembali pulang, di dalam perjalanan, cuaca menjadi tidak bagus dan arus serta gelombang menjadi sangat kuat. Pada saat melewati selat, speedboat yang kami pakai hampir terbalik karena di hantam arus yang kuat," lanjut Rizal.

Pengalaman ini menjadi cerita yang tak terlupakan bagi Rizal dan teman-teman sebagai tenaga kesehatan yang harus memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal, meski mereka bertugas di daerah kepulauan yang sangat terpencil.

Mendengar cerita dari Rizal yang sangat berapi-api, teman pemudanya itu bisa membayangkan betapa luar biasanya Rizal dan teman-temannya yang melayani tanpa mengeluh. Ia selalu mengaggumi pahlawan-pahlawan yang masih berumur muda tersebut. Ketulusan mereka menjadi sumber penerang baru bagi masyarakat yang masih hidup dalam gelapnya keterbatasan dan masalah kesehatan di daerah terpencil.

"Lalu, di sana itu masalah kesehatannya apa-apa saja? Parah kah?" tanyanya penasaran.

Masih cukup banyak permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus di wilayah Dofa. Penyakit menular seperti  TB dan kusta mendominasi serangan ke masyarakat. Belum lagi adanya stunting, gizi buruk/kurang yang mengancam generasi penerus Maluku Utara. Tak ketinggalan, diare, malaria, hingga hipertensi juga diderita oleh banyak warga.

Dok. Kaka Rizal
Dok. Kaka Rizal

Kondisi lingkungan di sana memang masih termasuk dalam kategori kurang sehat. Pengendalian vektor perlu ditingkatkan. Jamban sehat juga harus diadakan di beberapa desa yang belum mempunyainya. Perilaku hidup bersih dan sehat wajib untuk ditingkatkan lagi.

Usaha yang Rizal lakukan selama dua tahun memang masih belum sepenuhnya merubah kebiasaan dan cara hidup lama yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi, melalui langkah kecil yang diambilnya bersama para rekan sekerjanya, diharapkan dapat memberikan dampak positif yang bisa diteruskan oleh masyarakat di Dofa.

Rizal sangat bersyukur karena ia pernah bertugas di wilayah Dofa. Banyak pelajaran berharga yang diperolehnya dari melihat semangat juang rekan nakes dalam memberikan pelayanan kesehatan meski harus bertaruh nyawa. Selain itu, ia pun bisa bertemu dengan banyak orang baru, serta belajar beradaptasi dengan budaya dan adat istiadat yang beragam dari masyarakat setempat.

"Wih, mantap sekali kaka Rizal dan teman-teman. Beta rasa kalau beta diminta bertugas di situ pasti tidak tahan lama, hahaha," ucapnya sambil menertawai diri sendiri.

Mendengar hal tersebut, Rizal pun mengakui bahwa menjadi tenaga kesehatan di daerah terpencil bukanlah hal yang mudah. Tapi langkah tersebut ia ambil dikarenakan prinsip hidup yang dipegangnya serta motivasi melayani yang mendorongnya selama ini.

Kaka Rizal berada di posisi paling tengah (Dok.Kaka Rizal)
Kaka Rizal berada di posisi paling tengah (Dok.Kaka Rizal)

"Beta semangat karena mengingat satu ayat Alkitab dari Kolose 3:23, apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia," jawab Rizal menanggapi teman Pemudanya itu.

Tak terasa matahari sudah masuk di langit barat. Bintang-bintang mulai menyapa satu persatu. Secangkir kopi yang menemani cerita indah di Dofa pun sudah kosong diseruput oleh Rizal. Keduanya pun lalu saling memberi salam untuk melanjutkan aktivitas dan istirahat. Hari esok nampaknya akan dijalani dengan lebih bersemangat. Kenangan memang merupakan pelajaran dan motivator yang baik di kala rasa lelah datang menyapa.

Sumber cerita: Ryzhaldy Kapitan, S.KM (Tenaga Kesehatan Masyarakat Program Nusantara Sehat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun