Setelah mendapatkan penjelasan yang detail, Rara pun mengerti dan memaklumi "keterlambatan" pesanannya dibandingkan sahabatnya yang lain.
"Ran, Rit, makan dulu yah. Udah lapar sekali nih," kata Rara diikuti tawa dari Rani dan Rita karena tingkah sahabat mereka ini.
Garpu segera ditancapkan oleh Rara pada badan daging tuna. Pisau mengkilap lalu mengiris sisi steak di bagian kiri. Tak lupa, potongan steak pada garpu diolesi saus spesial yang membuat air liur makin menetes. Ditambah dengan beberapa sayur, lengkaplah sudah menu yang terkenal lezat ini.
"Hmmmmmmm.... Enaknyaaaaaa!!!!" baru suapan pertama dan Rara merasa seperti akan meleleh karena rasa steak yang dikunyahnya secara lembut.
"Masa? Coba dikit dong?!" Rani dan Rita yang terkejut melihat ekspresi Rara merasa penasaran.
Ketiganya mengakui bahwa steak tuna spesial hidangan restoran Harapan memang sungguh luar biasa.
"Sekarang aku sih percaya dengan kata orang di medsos. Steak ini memang enak banget, gak ada obat!!!" ungkap Rara dengan tatapan puas.
Ponsel diambilnya dari tas dan steak yang tinggal setengah itu difoto olehnya guna postingan di media sosial nanti. Ketiganya lalu melanjutkan makan dan curhat mereka.
***
"Ayo pulang," ajak Rara ketika malam sudah mulai larut dan piring-piring sudah kosong tak berbekas.
Saat hendak bergegas meninggalkan restoran, tiba-tiba seorang pelayan memberikan sepucuk kartu ucapan kepada Rara. Katanya, kartu itu diberikan khusus bagi orang-orang yang menjadi pemesan menu steak spesial oleh koki yang memasak makanan itu.