Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersama Rembulan

24 Juli 2020   21:39 Diperbarui: 24 Juli 2020   21:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataku langsung menoleh kepada riuh sorai itu berasal. Tawa yang terdengar lantas diikuti tangisan Rembulan yang baru lahir. Setelah beribu menit kegelapan menjadi masa penantian. Sinar yang memberi damai hadir dan membawa sukacita.

Dalam masa kelam sempatku bertanya. Apakah Rembulan sudah gugur sebelum lahir? Tak ada tanda bahwa malam akan melahirkannya hari ini. Sempat tak ingin lagi ku menatap ke atas.

Para bintang memiliki peran dalam mengembalikan harapan. Kerlap-kerlip yang penuh pesona rela mereka beri. Semua demi kesanggupanku kembali menanti. Semua demi kesanggupanku kembali berjuang.

Kini, Rembulan sudah berada di sisiku. Rasanya seluruh dunia pun mampu ku hadapi. Dingin malam tak lagi jadi penghalang. Asal bersama Rembulan, mungkin aku tak akan terantuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun