Pemerintah telah menginstruksikan untuk menjalankan social distancing guna mencegah penyebaran virus Corona. Instruksi ini mengharuskan masyarakat untuk menjaga jarak aman dengan orang lain, membatasi sentuhan, hingga beraktivitas dari rumah.
Semuanya dilakukan demi keamanan dan keselamatan masyarakat. Salah satu rekomendasi yang diberikan bagi warga adalah mengganti cara memberi salam yang selama ini dilakukan.
Selama ini masyarakat mengenal jabat tangan, cipiki-cipiki, hingga berpelukkan dalam menyampaikan salam. Hal ini membuat masyarakat belum bisa menggunakan cara salam lain. Alasannya, mungkin saja karena arti dan tujuan dari jenis-jenis salam tersebut tidak diketahui dengan baik. Berikut merupakan jenis salam alternatif yang dapat diterapkan beserta tujuan atau artinya.
Yang pertama adalah low-touch greeting atau sentuhan rendah. Salam ini diperkenalkan oleh Presiden Tanzania, John Magufuli saat menyampaikan salam bersama rekannya dalam suatu pertemuan.
Cara melakukan salam tersebut adalah masing-masing orang mengangkat kedua tangan ke atas. Setelah itu, diikuti dengan menyentuhkan salah satu kaki pada orang yang diberi salam. Salam ini bisa juga diartikan sebagai penyampaian kata halo dalam cara yang lebih menyenangkan.
Yang kedua adalah elbow bumps atau elbow shake yang dalam Bahasa Indonesianya adalah salam siku. Salam ini ditunjukkan oleh salah satu penerima nobel, Peter Agre pada tahun 2009. World Health Organization juga mendukung cara salam ini. Salam ini memiliki tujuan untuk meningkatkan humor dan menjaga kebersihan perorangan atau higiene.
Selain itu, pada sebuah pertemuan atau ibadah Kristen besar bernama Green Belt Festival 2009, salam ini juga dipakai. Para jemaat berkata bahwa lebih baik menggunakan salam siku dibandingkan ciuman pada masa penyebaran virus.
Salam ini dapat dilakukan dengan menempelkan siku masing-masing pada orang yang hendak diberi salam seperti yang biasa diterapkan banyak orang. Ada juga cara lainnya yakni dengan menempelkan lengan. Cara ini banyak diterapkan oleh banyak orang, salah satu contohnya adalah yang diterapkan oleh Menteri keuangan Sri Mulyani dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla dalam sebuah kesempatan.
Yang ketiga adalah namaste. Kata ini berasal dari bahasa sansekerta yang dapat dimaknai sebagai salam sejahtera atau semoga dalam keadaan baik. Salam ini digunakan oleh orang India untuk menyampaikan salamnya kepada orang lain.
Cara melakukannya sangat sederhana. Cukup dengan kedua telapak tangan disatukan sambil memberikan senyuman atau dengan kepala yang sedikit menunduk. Meski terlihat cukup sederhana, salam ini sebenarnya memiliki makna yang cukup dalam. Salam ini juga menjelaskan tentang arti penghormatan tanpa kontak fisik, serta dapat digunakan secara universal tanpa membedakan aspek apapun.
Yang keempat adalah wuhan shake. Salam ini muncul sebagai upaya pencegahan penyebaran virus melalui sentuhan tangan. Caranya sangat sederhana denga menyatukan kaki pada orang yang disalami secara singkat. Cara salam ini dianggap higienis dan membuat orang-orang tidak perlu menggunakan hand sanitizer setelah memberi salam.
Yang kelima adalah salam yang biasa digunakan orang Jepang atau bowing. Salam ini dapat dilakukan dengan cara menundukkan kepala atau dengan membungkukkan badan. Jika seseorang semakin membungkuk maka hal tersebut makin menunjukkan hormatnya pada orang lain. Salam ini juga biasanya digunakan sebagai ucapan terima kasih, permintaan maaf, mengajukkan permintaan atau meminta bantuan seseorang.
Dalam masa pandemi virus seperti sekarang ini, rekomendasi pergantian cara salam untuk sementara waktu tidak ada salahnya untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan jenis salam lain yang disarankan memiliki arti yang baik pula.
"Bagus kalau kita melakukannya. Jabat tangan normal memang berisiko saat ini. Dengan cara ini kita masih bisa mengucapkan salam. Kelihatannya agak lucu, tapi itu hal yang baik." Kata Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko yang dikutip dari Jakarta Globe dalam menyikapi salam tanpa jabat tangan.
Perubahan adalah hal yang memang sulit dilakukan, meski dalam tindakan yang kecil. Akan tetapi, demi menghambat penyebaran virus, perubahan tersebut perlu dilakukan untuk sementara. Hal ini juga berlaku dalam cara pemberian salam.
"Jelas semua ini dapat mengurangi transmisi. Tidak akan menjadi masalah bagi orang-orang untuk membuat satu perubahan kecil pada perilaku mereka. Kesadaran dan modifikasi interaksi dengan kelompok rentan sangat penting." Kata Dr. Ada Kucharsky, seorang Profesor dari London School of Higiene and Tropical Medicine pada The Guardian.
Dengan mengetahui arti atau tujuan dari jenis pemberian salam lain, masyarakat bisa saling memberi salam secara unik dan menyenangkan tanpa takut dikira angkuh atau sombong. Selain menyenangkan, salam-salam yang unik tersebut juga dapat membantu mencegah penyebaran virus Corona di masyarakat.
Referensi: 1 2Â 3Â 4Â 5Â 6Â 7Â 8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H