Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menulis adalah Terapi Depresi yang Baik

12 Februari 2020   13:31 Diperbarui: 15 Februari 2020   21:45 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: duffthepsych.com

Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi pada semua orang. Tingkat kesibukan yang tinggi, masalah yang datang silih berganti, dan lingkungan yang kurang kondusif dapat menjadi penyebabnya.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi depresi. Hal ini dapat dilakukan dengan bernyanyi, bercerita atau curhat pada orang yang dapat dipercaya, hingga menulis. Khusus untuk menulis, cara ini bisa menjadi terapi yang sangat baik bagi orang yang ingin mengurangi atau menghilangkan depresi yang dirasakan.

Selama ini, walau menulis telah dikenal sejak masa taman kanak-kanak, namun aktivitas ini seakan hanya identik dengan pelajaran di sekolah. Padahal sebenarnya kehidupan semua orang tak lepas dari yang namanya menulis.

Hal ini dapat terlihat dari surat menyurat yang dulu digunakan untuk berkomunikasi dengan orang di tempat yang jauh. Sedangkan di masa sekarang, hampir semua orang pasti menulis media sosial. Ada yang suka menuliskan caption pada foto, hingga status untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan (senang atau sedih).

Dengan begitu maka terbukti bahwa menulis identik dengan perasaan atau mental. Seorang penulis dan motivator bernama Natalia Goldberg mengatakan bahwa menulis dapat dijadikan sebagai sebuah meditasi dan hubungan yang mendalam dengan pikiran sendiri.

Manfaat Menulis bagi Kesehatan Mental
Dengan menulis, seseorang dapat merasa lebih nyaman. Tulisan yang ia bagikan seperti proses bercerita atau mengeluarkan beban yang sedang ia tanggung.

Selain ketenangan dan kenyamanan, menulis juga dapat membuat seseorang merasa senang atau puas. Contohnya, seseorang yang membagikan tulisannya pada publik. Saat tulisannya dibaca oleh banyak orang, ia akan merasa senang karena ada banyak orang yang memperhatikan tulisannya. Apalagi jika ada yang memberikan respon yang positif terhadap tulisannya, rasa puas akan dirasakannya.

Selanjutnya, dibandingkan dengan hanya membaca, menulis juga dapat membantu meningkatkan kemampuan daya ingat. Jika seseorang membaca sebuah buku dan membuat ringkasannya, hal-hal positif atau pelajaran dari buku tersebut juga dapat diingat dengan baik oleh orang tersebut.

Banyak cara menulis yang dapat dilakukan untuk membantu seseorang yang sedang mengalami depresi. Salah satu caranya adalah memilih jenis tulisan yang disukai sebagai media menyalurkan perasaannya. Jika seseorang menyukai fiksi seperti puisi atau cerita, ia bisa mengungkapkannya melalui fiksi.

Dengan mengungkapkan perasaan melalui tulisan fiksi, seseorang akan merasa lebih tenang. Jika ia membagikan tulisannya pada orang lain, orang yang menghadapi masalah serupa juga akan memiliki perasaan yang lebih baik. Selain itu, orang lain juga akan termotivasi lewat tulisan yang dibagikan tersebut. Untuk dapat menuliskan sebuah fiksi, orang tersebut perlu terlebih dahulu sering membaca jenis tulisan ini.

Adapula yang menyukai menulis diary. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu ritual bagi diri sendiri. Seseorang dapat menetapkan sendiri komitmennya untuk menuliskan berapa kalimat atau kata setiap hari dalam mengungkapkan perasaannya. Ia juga dapat menggunakannya sebagai media interaksi dengan diri sendiri. Hal ini penting dilakukan agar seseorang dapat menganalisis keadaan pikirannya, mengevaluasi, serta mengatur strategi untuk hidup selanjutnya dengan baik.

Seorang penulis di Inggris yang bernama Janna Marlies Maron juga memiliki cerita menarik tentang menulis diary. Saat ia sedang mengalami depresi, ia mendatangi seorang therapist. Therapist tersebut memberinya sebuah buku diary dan memintanya menuliskan sesuatu setiap hari. Hal yang perlu dia tuliskan adalah jawaban atas pertanyaan "apa yang saya inginkan?"

Awalnya, Janna yang sedang mengalami depresi merasa bingung dengan apa yang hendak ia tuliskan. Namun, ketika ia mulai menuliskan kata pertama, ia lalu dapat dengan mudah menuliskan semua keinginannya secara lancar.

"Saya ingin melihat lampu yang indah, saya ingin menjadi lebih sehat dan kuat." Begitulah ia mengungkapkan keinginannya. Ia dapat dengan mudah mengungkapkan keinginannya karena ia mau memulai untuk berinteraksi dengan pikirannya sendiri dan membahas hal yang ia inginkan. Alhasil, beberapa waktu kemudian, ia melakukan semua hal yang ia inginkan tersebut dan ia merasa bahagia. Masalah depresinyapun dapat teratasi.

Tips Menulis untuk Mengatasi Depresi
Terdapat beberapa tips menulis untuk mengatasi depresi dari ensiklopedi kesehatan yang dibagikan oleh University of Rochester Medical Center. 

Tips yang pertama adalah menulis setiap hari. Tips ini dapat diterapkan dengan menentukan lama waktu yang diperlukan, seperti beberapa menit atau bisa juga selama berjam-jam. Tentukanlah sesuai dengan kebutuhan dan kesenangan.

Tips yang kedua adalah ciptakan suasana yang menyenangkan dan nyaman untuk menulis. Jika seseorang lebih senang menggunakan pena dan kertas, gunakanlah. Mungkin juga ada yang lebih senang menggunakan komputer. Selain alat yang digunakan, tempat untuk menulis juga dapat disesuaikan. Ada yang lebih senang di dalam kamar sendiri, ada pula yang lebih senang menulis di caf atau tempat lain.

Tips yang ketiga adalah menggunakan perasaan dan tidak perlu pedulikan tata bahasanya dulu. Cukup biarkan tulisan yang dibuat mengalir seperti perasaan yang hendak dikeluarkan. Ada kalanya struktur kalimat yang terbentuk tidak terlalu baik, namun itu bukanlah suatu masalah. Hal yang terpenting adalah proses diskusi yang terjadi antara seseorang dengan pikirannya sendiri.

Seseorang juga dapat menentukan apakah tulisannya akan dibagikan pada orang lain atau disimpan sendiri. Jika ingin dibagikan, perhatikan dulu baik-baik apakah tulisan tersebut layak menjadi konsumsi publik atau cukup privasi pribadi.

Selain itu, apakah orang lain bisa mendapatkan dampak positif atau negatif lewat tulisan tersebut. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk mencegah tulisan yang dibagikan dapat menjadi masalah baru bagi diri sendiri maupun orang lain.

Depresi merupakan hal yang tidak boleh dianggap sepele karena jika dibiarkan, hal ini dapat berdampak buruk bagi aspek kehidupan yang lain. Upaya untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan berkonsultasi pada ahlinya atau melakukan self-therapy jika seseorang merasa masih sanggup mengatasinya. 

Menulis adalah salah satu terapi yang baik dan dapat diterapkan bagi diri sendiri. Oleh karena itu, mulailah menuangkan sesuatu yang dirasakan dalam tulisan yang positif.

Salam sehat.

Referensi: satu, dua, tiga, empat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun