Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deja Vu Vs Deja Reve, Apakah Keduanya Memiliki Hubungan dengan Kesehatan Mental?

15 Januari 2020   13:01 Diperbarui: 15 Januari 2020   13:15 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan penelitian, deja reve memiliki tiga kategori yakni episodic, familiarity-like dan dreamy-state.  Kategori tersebut didapatkan berdasarkan pengalaman deja reve yang diceritakan oleh para participant penelitian tersebut.

Episodic merupakan kategori deja reve yang mampu mengingat detail waktu dari mimpi yang ia alami. Ia bahkan bisa mengingat kapan mimpi tersebut dialami. Deja reve tipe ini dapat dialami beberapa kali.

Familiarity-like merupakan tipe deja reve yang mengakibatkan orang yang mengalaminya tidak terlalu jelas mengingat detail mimpi yang dialaminya. Ia mungkin saja hanya mengingat setengah mimpinya atau adegan mimpinya dengan samar-samar.

Lain hal  dengan kedua kategori tersebut, tipe dreamy-state biasanya menganggap bahwa kejadian aneh yang dihadapinya adalah sebuah mimpi. Mereka juga tidak pernah merasa mimpi yang dialaminya sama dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata.

Deja vu dan deja reve sering dikaitkan juga dengan hal-hal supranatural. Namun, setelah menilik pada ilmu pengetahuan, keduanya dapat dijelaskan dan memiliki bukti penelitian ilmiah yang telah diteliti.

Keduanya juga sering dijadikan sebagai ramalan akan terjadinya sesuatu dan lain sebagainya. Hal tersebut sah-sah saja pada kepercayaan setiap orang. Akan tetapi, alangkah baiknya jangan sepenuhnya mempercayai hal-hal yang bisa jadi hanya merupakan halusinasi atau gangguan dibandingkan dengan kepercayaan pada Tuhan.

Cukup diambil saja aspek positif dari deja vu dan deja reve, baik untuk mengetahui kondisi kesehatan atau psikis dan lain sebagainya. Jika seseorang yang mengalaminya merasakan sesuatu yang aneh atau berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya mentalnya, disarankan untuk memeriksakan diri pada dokter atau orang-orang yang ahli di bidang psikologis.

Salam sehat!

Referensi: satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun