Kwarshiorkor merupakan kondisi tubuh anak yang mengalami kekurangan asupan protein. Seperti yang diketahui bahwa protein sangat dibutuhkan sebagai zat pembangun dan memperbaiki serta membuat sel-sel baru dalam tubuh.
Jenis gizi buruk ini dapat ditandai dengan pembengkakan di bagian bawah kulit anak atau edema. Umumnya pembengkakan dimulai dari bagian kaki dan bisa terjadi pada seluruh bagian tubuh. Bisa saja orang-orang melihat bahwa anak memiliki tubuh yang gemuk atau bagus, namun sebenarnya, tubuh gemuk itu merupakan edema.
Kwarshiorkor juga dapat ditandai dengan rambut anak yang kering, jarang dan rapuh, bahkan berubah warna menjadi kuning kemerahan atau putih. Selain itu anak dapat mengalami ruam, emosi yang tidak stabil atau mudah marah, mudah lelah dan mengantuk, perut membesar, kuku pecah dan rapuh, penurunan masa otot, diare, serta berat dan tinggi badan tidak bertambah.
Jika kwarshiorkor merupakan jenis gizi buruk yang diakibatkan oleh karena kurangnya asupan protein, maka pada marasmus, anak mengalami kekurangan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi seperti karbohidrat, lemak dan protein merupakan penyebabnya.
Secara fisik, penderita marasmus akan mengalami penurunan berat badan, kehilangan masa otot dan jaringan lemak, pertumbuhan yang terhambat, kulit kering dan rambut rapuh, wajah yang terlihat seperti sudah tua dan menjadi bulat, tampak letih lesu, serta mengalami diare kronis. Marasmus juga dapat mengakibatkan infeksi lain seperti infeksi saluran pernapasan hingga tuberkulosis.
Selain kedua jenis ini, penderita gizi buruk juga bisa mengalami kombinasi dari marasmus dan kwarshiorkor sekaligus. Saat mengalaminya, tanda dan gejala dari kedua jenis gizi buruk ini dapat terlihat secara bersamaan.
Dengan mengetahui tanda dan gejala gizi buruk, maka kita dapat lebih terpacu dan termotivasi juga untuk mencegah anak-anak kita mengalaminya. Selain hal tersebut, jika kita menemui anak dengan tanda dan gejala demikian, dapat disarankan untuk diperiksa, sehingga mendapatkan penanganan yang tepat.
Sekali lagi, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Upaya peningkatan pengetahuan dan praktek pada pola asuh, pemberian makanan atau asupan gizi, hingga mengetahui tanda dan gejalanya merupakan usaha yang baik untuk mencegah masalah kesehatan ini.
Salam sehat.
Referensi: